Ini sekaligus menjadi daya upaya menggerakkan kembali roda perekonomian di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, di Kota Pariaman.
“Di masa adaptasi dan pascapandemi Covid-19, kegiatan pariwisata alami perubahan. Sehigga, tren pariwisata nantinya pun ikut menyesuaikan," jelas Reza.
"Mengusung konsep pariwisata yang localized, personalized, customized, dan smaller in size. Sustainability serta quality tourism menjadi perhatian dan fokus dalam pengembangan pariwisata,” tambahnya.
Pelaksanaan “Silek on The Sea” menurut Reza, mampu membangkitkan kembali dan memajukan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Pariaman.
Selanjutnya diharapkan mampu meningkatkan perekonomian daerah serta membuka peluang lapangan pekerjaan cepat, secara luas dan sebesar-besarnya.
Setali tiga uang, Walikota Pariaman, Genius Umar, menyatakan silek atau silat di Kota Pariaman adalah warisan budaya tak benda yang dilestarikan, dikembangkan dan dimanfaatkan menjadi daya tarik wisata budaya.
Apalagi, di setiap desa dan kelurahan di Kota Pariaman, ada lokasi belajar silat atau dikenal dengan sebutan “Sasaran Silek” yang dipimpin seorang guru yang dinamakan “Tuo Silek”.
“Kota Pariaman adalah salah satu daerah pesisir laut yang banyak tumbuh kelompok, sasaran atau komunitas silek," ungkap Genius.