PORTAL LEBAK - Meledaknya kebutuhan energi di dunia, satu abad terakhir memicu penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) meningkat hingga tujuh kali lipat dibandingkan awal abad ke-18.
Impor minyak yang tinggi menyebabkan pengurasan devisa negara mencapai 15 miliar dolar Amerika Serikat (AS), atau hampir Rp210 triliun, pada 2019 berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS).
Bahkan, impor BBM salah satu kontribusi terbesar dari membengkaknya defisit neraca perdagangan 2019, sebesar 3,2 miliar US dolar atau Rp44,6 triliun.
Baca Juga: Paguyuban Mahasiswa Lebak Gelar Lexus 2021 Secara Virtual
Baca Juga: Pendidikan Perwira Karir TNI Tahun 2021 Dibuka dan Dimulai
Dalam seminar virtual (webinar) yang diikuti PortalLebak.com, kamis 07 Januari 2021, Peluang dan Tantangan Substitusi BBM di Sektor Transportasi di Jakarta, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza menyatakan pengembangan bahan bakar nabati (BBN) harus semakin ditingkatkan untuk substitusi bahan bakar minyak (BBM).
Kepala BPPT mengungkapkan Indonesia adalah negara dengan potensi biomassa yang sangat besar, yang dapat menjadi pengungkit dari upaya mengembangkan BBN sebagai substitusi BBM. "Kita harus mengembangkan bahan bakar nabati sebagai substitusi BBM. Bahan bakar nabati sebagai substitusi BBM ini sudah cukup panjang kita teliti dan dalami khususnya sejak 10 tahun terakhir ini," pungkas Hammam.
Hammam menjelaskan penggunaan energi di bidang transportasi dipengaruhi: Alat transportasi, infrastruktur, kebutuhan, dan struktur spasial.
Baca Juga: Ini Urutan Kelompok Prioritas Penerima Vaksinasi Covid-19
Baca Juga: Temuan Serpihan Pesawat Terbang, Ternyata Bagian Dari Roket China Yang Meledak