Petenis Bertato Harimau: Aryna Sabalenka, Memamerkan Gigi Taringnya di Wimbledon

8 Juli 2021, 00:09 WIB
Petenis Belarusia Aryna Sabalenka bertanding melawan petenis Tunisia Ons Jabeur dalam semi final, di All England Lawn Tennis and Croquet Club, Inggris. (06.07/2021). /Foto: USA TODAY Sports/Peter van den Berg/

PORTAL LEBAK - Petenis putri Aryna Sabalenka, yang memiliki tato harimau di lengan kirinya mengalahkan petenis Tunisia Ons Jabeur 6-4 6-3 dan mencapai semi final di Turnamen Wimbledon.

Petenis Belarusia berusia 23 tahun itu memamerkan cakarnya dengan gaya ganas, mengalahkan Jabeur dan melakukan pukulan yang menakutkan dengan servis yang kuat.

Padahal hingga pekan ini petenis nomor dua dunia itu bermain tak lebih seperti anak kucing, di event Grand Slam yang super besar.

Baca Juga: Sah, Gubernur Jambi dan Wagub Jambi Dilantik Presiden RI di Istana Negara Jakarta

Meski menjadi unggulan kedua, hanya segelintir orang yang akan menutup mata, jika Sabalenka termasuk diantara nama-nama besar petenis yang terlempar, di minggu pertama turnamen.

Lagi pula, terlepas dari 10 gelar WTA sepanjang kariernya yang mengesankan, Sabalenka tidak pernah melewati putaran kedua Wimbledon.

Sedangkan rekor tertingginya di Grand Slam adalah ke putaran keempat di AS Terbuka 2018 dan Australia Terbuka tahun 2021 ini.

Baca Juga: Yandex Perluas Pasar Untuk Produk Teknologi Robot Penjelajah Ke Amerika Serikat

Memasuki turnamen Wimbledon tahun ini Sabalenka merupakan satu-satunya unggulan 20 besar yang belum mencapai perempat final utama.

Tetapi sesuatu tampaknya diklik dan akhirnya dia telah memanfaatkan kekuatan alami dan atletisnya dengan kepercayaan diri yang lebih kuat.

"Saya berjuang di Grand Slam dengan seluruh emosi yang saya miliki. Setelah setiap slam saya sangat kecewa dengan diri saya sendiri sehingga saya tidak bisa mengatasi tekanan ini," papar Sabalenka kepada Reuters yang dikutip PortalLebak.com.

Baca Juga: Bersemangat Ingin Divaksin, Nenek Sri Sutami yang Berusia 91 Tahun Ini Digandeng Brigjen TNI Achmad Fauzi

"Saya benar-benar berpikir, saya tidak akan pernah sampai ke minggu kedua. Saya banyak berurusan dengan psikolog dan dengan pelatih," tambahnya.

Sabalenkan menyatakan yang membuatnya mampu melewati momen-momen tekanan minggu ini, sangat sederhana.

"Bernafas saja, terus berjuang, terus lakukan semua yang kamu bisa. Itu saja. Sebenarnya, itu saja," pungkasnya.

Baca Juga: Kejati Banten Pantau Ketersediaan Suplai Oksigen Medis dan Harga Obat Terapi Covid-19

Masa remaja Sabalenkan dilewati di kota Minsk, rumput bukanlah permukaan alami bagi Sabalenka.
Sedangkan petenis Tunisia Jabeur, merupakan tipe pemain yang sulit untuk mengeksploitasi keraguan mental.

Namun terlepas beberapa kesalahan Jabeur, pada beberapa set point, di game ke-10 set pertama, Sabalenka tetap mendominasi pertandingan.

Baca Juga: Argentina vs Kolombia 3-2 di Duel Adu Penalti, Tuk Raih final Copa America

"Saya hanya menikmati semua yang ada di permukaan ini. Sebenarnya sulit untuk bermain di rumput, tapi saya sangat menikmati setiap detik di lapangan. Ini tentang segalanya: tentang servis, tentang pengembalian, tentang bergerak, tentang segalanya sebenarnya," tegas Sabalenka.

Tenis bisa menjadi olahraga yang menuntut mental dan terlalu banyak berpikir bisa menjadi pembunuh impian.

Untuk Sabalenka, hanya perlu menyalurkan energi sang harimau di dalam dirinya, memutar tombol daya kekuatan hingga angka 10 (tenaga penuh) merupakan langkah terbaiknya.

Baca Juga: Alur Cerita Ikatan Cinta 7 Juli 2021, Nino Desak Andin dan Jadi Kepo Berat soal Reyna

"Sejak saya mulai bermain tenis, saya hanya bekerja, menikmati, bertarung, hanya memukul bola dengan keras. Saya tidak benar-benar berpikir untuk berada di level ini," ingatnya.

"Hari ini mengejutkan saya, tetapi saya tidak merasakan tekanan karena berada di perempat final (Wimbledon-Red) untuk pertama kalinya," tutupnya.***

Editor: Dwi Christianto

Tags

Terkini

Terpopuler