Perjalanan obor berakhir dan diserahkan kepada Osaka, juara grand slam tenis empat kali berusia 23 tahun, yang berlatar belakang putri seorang pria Haiti dan wanita Jepang.
Sosok Osaka mencerminkan perubahan dan keragaman yang tumbuh perlahan datang ke negara, yang dulunya memiliki etnis yang homogen.
Baca Juga: Biaya Kremasi Jenazah Covid-19 Melonjak Hampir Dua Kali Lipat di Pekalongan
"Tidak diragukan lagi pencapaian dan kehormatan atletik terbesar yang pernah saya miliki dalam hidup saya," cuit Osaka dalam sebuah tweet, seperti PoertalLebak.com kutip dari Reuters, Sabtu 24 Juli 2021.
"Saya tidak memiliki kata-kata untuk menggambarkan perasaan yang saya miliki saat ini, tetapi saya tahu saya saat ini dipenuhi dengan rasa syukur dan terima kasih," ungkapnya.
Presiden Komite Olimpiade Internasional, Thomas Bach, menyatakan dalam pidato pembukaannya kepada para atlet, dibutuhkan solidaritas antar warga dunia.
Baca Juga: Tempat Vaksinasi Massal Di Kota Depok, Khusus Untuk Pengemudi Ojek Online
"Kami membutuhkan lebih banyak solidaritas - lebih banyak solidaritas di antara masyarakat dan di dalam masyarakat. Namun pergeseran menuju inklusivitas yang lebih besar tidak datang tanpa halangan," papar Bach.
"Tokyo 2020 telah dilanda serangkaian skandal, termasuk keluarnya pejabat senior atas komentarnya menghina derajat perempuan, lelucon Holocaust, dan intimidasi," tambahnya