Sepak Terjang Pimpinan Al Qaeda Ayman Al Zawahiri Yang Dinyatakan Tewas Oleh Amerika Serikat

4 Agustus 2022, 06:00 WIB
Sebuah dokumentasi foto pemimpin baru Al Qaeda, Mesir Ayman al-Zawahiri, terlihat dalam gambar diam yang diambil dari video yang dirilis pada 12 September 2011. /Foto: via REUTERS/SITE Monitoring Service/

PORTAL LEBAK - Tewasnya pimpinan Al Qaeda Ayman Al Zawahiri jadi pukulan terbesar bagi kelompok militan itu, sejak pendirinya Osama bin Laden tewas tahun 2011 lalu.

Ayman Al Zawahiri diyakini sebagai anggota senior Al Qaeda, sehingga dia ditengarai telah merencanakan serangan 12 Oktober 2000.

Serangan Ayman Al Zawahiri menyasar kapal angkatan laut AS, USS Cole, di Yaman yang menewaskan 17 pelaut Amerika Serikat dan melukai lebih dari 30 lainnya, kata situs web Rewards for Justice.

Baca Juga: Pemimpin Al Qaeda Ayman Al Zawahiri Tewas di Kabul, Dalam Serangan Pesawat Tak Berawak AS

Ayman Al Zawahiri didakwa di Amerika Serikat atas perannya dalam pengeboman kedutaan besar AS di Kenya dan Tanzania pada 7 Agustus 1998.

Pengeboman kedutaan besar AS di benua Afrika tersebut telah menewaskan 224 orang dan melukai lebih dari 5.000 lainnya.

Meski demikian, baik Osama bin Laden maupun Ayman Al Zawahiri, lolos dari penangkapan, ketika pasukan pimpinan AS menggulingkan pemerintah Taliban Afghanistan pada akhir 2001.

Baca Juga: 12 Tersangka Teroris di Jatim Jaringan Al Qaeda, Ditangkap Tim Densus 88 Anti Teror

Serbuan tersebut terjadi sesaat setelah serangan 11 September 2001, terjadi di Kota New York, Amerika Serikat.

"Taliban harus bertanggung jawab atas kehadiran Ayman al-Zawahiri di Kabul," kata Adam Schiff, ketua Komite Tetap Intelijen DPR, dalam sebuah pernyataan.

"Ini setelah Taliban meyakinkan dunia bahwa mereka tidak akan memberikan tempat yang aman bagi teroris al-Qaeda," pungkasnya, dikutip PortalLebak.com dari Reuters.

Baca Juga: Foto Jason Momoa di Lokasi Syuting Aquaman and the Lost Kingdom Isyarat Munculnya Batman Versi Ben Affleck

Sementara itu Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyatakan Taliban "sangat melanggar" Perjanjian Doha antara kedua belah pihak, dengan menampung dan melindungi Zawahiri.

Mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama bersama dengan anggota parlemen AS memuji berhasilnya operasi melumpuhkan sarang Ayman Al Zawahiri.

"Berita malam ini juga merupakan bukti bahwa mungkin untuk membasmi terorisme tanpa berperang di Afghanistan," kata Obama melalui pesan Twitter.

Baca Juga: Danrem 061 Suryakancana Pimpin Sertijab, Mayor Inf Kunto Wibisono Menjadi Danyonif 315/Garuda

"Saya berharap ini memberikan sedikit kedamaian bagi keluarga 9/11 dan semua orang yang telah menderita di tangan al Qaeda," tegasnya.

Seiring dengan itu, senator AS dari Partai Republik Marco Rubio mengatakan dunia lebih aman tanpa Ayman al-Zawahiri.

"Serangan ini menunjukkan komitmen berkelanjutan kami (AS) untuk memburu semua teroris yang bertanggung jawab atas 9/11 dan mereka yang terus menjadi ancaman bagi kepentingan AS," tegas Rubio.

Baca Juga: Batman Karya Rudy Ao Sambut Michael Keaton Kembali Perankan Bruce Wayne di Dua Proyek Film DCEU

Hingga pengumuman AS secara resmi dinyatakan, Ayman al-Zawahiri diisukan berada di wilayah kekuasaan satu suku di Pakistan atau di dalam Afghanistan.

Sebuah video sempat dirilis bulan April 2022, Ayman Al Zawahiri memuji seorang wanita Muslim India karena menentang larangan mengenakan jilbab.

Video tersebut sekaligus menepis desas-desus bahwa Ayman Al Zawahiri telah meninggal.

"Begitu Zawahiri tiba di lokasi, kami tidak mengetahui dia pernah meninggalkan rumah persembunyian," kata pejabat itu.

Baca Juga: Kesehatan Anak Dilindungi, Ini Cara Pemkab Lebak Gelar Imunisasi

Dia diidentifikasi beberapa kali di balkon, di mana dia akhirnya diserang. Dia terus memproduksi video dari rumah dan beberapa mungkin diupload setelah kematiannya.

Serangan terhadap Ayman Al Zawahiri ditengarai sebagai buah manis, setelah beberapa minggu terakhir, Presiden AS Joe Biden mengumpulkan para pejabat untuk penyelidikan intelijen.

Setiap informasi intelejen itu diperbarui sepanjang Mei dan Juni dan diberi pengarahan pada 1 Juli 2022, tentang operasi yang diusulkan oleh para komandan intelijen.

Pada 25 Juli 2022 Presiden Joe Biden menerima laporan terbaru dan mengizinkan penyerangan begitu ada kesempatan, kata pejabat pemerintah AS.***

Editor: Dwi Christianto

Tags

Terkini

Terpopuler