Warga Afrika Selatan Cari Korban Selamat di Puing Banjir yang Tewaskan Hampir 400 Orang

- 17 April 2022, 05:00 WIB
Para pria menyaring puing-puing gereja yang runtuh menimpa sebuah rumah yang menewaskan empat anak di Clermont, Durban, Afrika Selatan, 13 April 2022.
Para pria menyaring puing-puing gereja yang runtuh menimpa sebuah rumah yang menewaskan empat anak di Clermont, Durban, Afrika Selatan, 13 April 2022. /Foto: REUTERS/ROGAN WARD/

PORTAL LEBAK - Otoritas Afrika Selatan mencari korban selamat pada hari Jumat dan Sabtu, dari banjir yang menewaskan hampir 400 orang.

Menurut penghitungan terbaru, banjir menyapu rumah dan jalan dan meninggalkan ribuan warga tanpa tempat tinggal, air dan listrik.

Banjir di Provinsi Kwazulu-Natal telah melumpuhkan jaringan listrik, mematikan layanan air dan mengganggu operasi di salah satu pelabuhan tersibuk di Afrika.

Baca Juga: Banjir Besar di China Tengah 33 Tewas, Puluhan Ribu Warga Diungsikan Saat Badai Menyebar

Korban tewas naik menjadi 395 pada hari Jumat dari perkiraan sebelumnya 341 korban meninggal dunia.

Menteri Keuangan Afrika Selatan, Enoch Godongwana menaytakan ke stasiun TV Newsroom Afrika bahwa 1 miliar rand ($68,3 juta) dana awal untuk bantuan darurat.

Dana itu tersedia untuk digunakan segera, setelah provinsi itu dinyatakan sebagai daerah bencana.

Baca Juga: Hujan Lebat Melanda, 3 Kecamatan di Kabupaten Kebumen Jawa Tegah Dilanda Banjir

Pemerintah setempat memperkirakan kerusakan mencapai beberapa miliar rand dan melaporkan penjarahan sporadis - di kota yang masih dalam pemulihan dari bencana kerusuhan dan penjarahan Juli lalu.

Banyak dari mereka yang terkena dampak terburuk berada di permukiman informal yang miskin, tidak terencana, dan rentan terhadap banjir.

Pihak berwenang, dilansir PortalLebak.com dari Reuters, mengatakan sekitar 13.600 orang kehilangan tempat tinggal akibat banjir.

Baca Juga: Ikatan Cinta 16 April 2022: Kecupan di Kening Askara Iringi Keberangkatan Aldebaran ke AS

"Saya merasa kosong, tersesat dan sendirian. Saya pikir saya kehilangan akal sehat," kata Winnie Hlakanyana (51).

Ini terjadi setelah gubuk kamarnya di pemukiman Gandhi Kwazulu-Natal hancur total, meninggalkan dia dan enam anaknya kehilangan tempat tinggal.

"Saya berharap saya baru saja mati karena saya tidak dapat menangani mulai dari awal. Melihat semua perabotan hasil jerih payah saya hanyut dan rumah saya tertutup lumpur. Saya tidak pernah bisa melupakannya," tambahnya.

Baca Juga: Perbatasan RI dan Timor Leste, Dilengkapi 20 Kendaraan Tempur Baru

Stasiun TV lokal menunjukkan para sukarelawan membersihkan wadah plastik, tumpukan bambu, dan kayu apung dari tepi pantai Durban.

Di pantai-pantai lain, seorang saksi mata Reuters mengatakan para turis memanfaatkan jeda sebelum hujan kembali turun pada Jumat malam.

Lebih dari 40.000 orang telah terkena dampak bencana, kata pihak berwenang.

Para ilmuwan percaya pantai tenggara Afrika menjadi lebih rentan terhadap badai dahsyat dan banjir karena emisi gas yang memerangkap panas dari manusia menyebabkan Samudra Hindia menghangat.

Baca Juga: Pemerintah Ukraina: Pertempuran Sengit dengan Rusia Berkecamuk di Sekitar Pabrik Baja Mariupol

Mereka memperkirakan tren akan memburuk secara dramatis dalam beberapa dekade mendatang.

Juru kampanye iklim lokal menyerukan investasi yang lebih besar untuk membantu masyarakat lebih siap menghadapi guncangan cuaca.***

Editor: Dwi Christianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x