Network
PORTAL LEBAK - Setelah disetujui oleh WHO (Organisasi Kesehatan Internasional) dengan beberapa catatan dan pembaharuan rekomendasi penggunaan, Indonesia langsung mulai menerapkan penggunaan Ag-RDT atau disebut Tes Cepat Antigen pada 18 Desember 2020 sebagai metode alternatif pendeteksian virus Corona.
Tes antigen ini banyak digunakan di negara-negara pengguna tes Polymerase Chain Reaction (PCR) yang rendah. Seperti Indonesia misalnya, beberapa daerah belum mempunyai fasilitas kesehatan yang mumpuni dalam mengolah sampel PCR.
Baca Juga: Horee, Presiden Jokowi Umumkan Vaksin Covid-19 Gratis
Selain itu minimnya penggunaan PCR dikarenakan harganya yang relatif mahal dibanding rapid test antibodi, seperti dikutip dari HaloDoc.
Tes cepat antigen disebut kurang sensitif dari PCR dan lebih akurat dari tes cepat antibodi. Tes antigen lebih dapat memberikan hasil yang akurat ketika orang tersebut berada pada tahap awal infeksi COVID-19. Walaupun begitu, tes antigen lebih akurat dari tes antibodi, karena tes cepat antibodi hanya mendeteksi antibodi, dan bukan COVID-19.
Baca Juga: Kompolnas Pantau Operasi Lilin 2020, Ingatkan Polisi untuk Selalu Terapkan Protokol Kesehatan
Untuk soal biaya, tes antigen disebut-sebut lebih murah. Dengan target pendeteksian sama seperti PCR, tes antigen terbilang lebih murah. Jika tes PCR paling murah bisa mencapai Rp700.000, namun tes antigen paling mahal dikenakan Rp250.000 untuk di pulau Jawa, dan Rp275.000 untuk di luar pulau Jawa. Ketetapan ini tertuang dalam Surat Edaran No HK.02.02/I/4611/2020 yang dikeluarkan per tanggal 18 Desember 2020.
Baca Juga: Pengemudi Truk yang Tega Lindas Anak Kandung di Aceh, Akhirnya Diamankan Polisi
Kedepannya rapid tes antigen diprediksi akan menggantikan rapid tes antibodi karena sasaran pendeteksiannya adalah virus Corona. Sehingga dapat mengidentifikasi orang yang terjangkit COVID-19 secara cepat.***
