BNPB: Longsor Serasan di Natuna Adalah yang Terparah dalam Sejarah Indonesia

14 Maret 2023, 12:00 WIB
Penampakan bencana tanah longsor di Kecamatan Serasan, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau yang terjadi pada Selasa 7 Maret 2023. /Antara/

PORTAL LEBAK - Pejabat sementara Ketua Pusat Informasi, Informasi dan Komunikasi Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari menyatakan, longsor di Serasan, Kabupaten Natuna Kepulauan Riau, adalah longsor terparah dalam sejarah longsor di Indonesia, khususnya dari segi jumlah korban jiwa.

Abdul mengatakan dalam buletin bencana BNPB yang dilacak online Senin di Jakarta bahwa sejauh ini, lebih dari 50 korban diperkirakan meninggal.

Dalam tanah longsor di Serasan, Natuna, BNPB mendata 46 orang telah ditemukan dan diidentifikasi, dan delapan orang lainnya dilaporkan masih hilang.

Baca Juga: Pada Hari Ketujuh Pencarian, 10 korban Tanah Longsor Serasan di Natuna Belum Ditemukan

“Kalau 54 (orang) ini kita benar-benar menduga mereka semua meninggal, ya, karena sudah 24 jam. Ini mungkin salah satu bencana tanah longsor terburuk hingga saat ini dalam hal hilangnya nyawa dalam satu peristiwa,” katanya.

Abdul mengatakan pencarian korban terus dilakukan karena teknologi modifikasi cuaca digunakan di lokasi longsor, yakni Pulau Serasan.

Ia juga mengatakan, faktor utama terjadinya bencana di Kepulauan Natuna justru kemungkinan kebakaran hutan dan lahan. Namun, kejadian bencana hidrometeorologi basah cukup dominan.

Baca Juga: Tanah Longsor Tewaskan 15 Orang dan Hancurkan Satu Kampung di Natuna

Pada tanggal 1 Maret peluang hujan tampaknya cukup tinggi di Pulau Sumatera. Namun khusus di Kabupaten Natuna pada tanggal 1 dan 2 Maret 2023 curah hujan mencapai hampir 1000 mm.

“Sebenarnya sangat tidak biasa, hujan turun selama empat bulan, tercurah dalam satu hari. Itu sebenarnya dipengaruhi oleh sirkulasi siklon yang disebut Borneo Vortex, yang terjadi sebagai sirkulasi berputar-putar yang membawa uap air yang terakumulasi dan awan hujan yang sangat lebat,” ujarnya.

Menurut Abdul, dilansir PortalLebak.com dari Antara, sejak 26 Februari 2023, fenomena tersebut menyebabkan hujan ekstrem.

Baca Juga: Puluhan rumah Rusak Akibat Longsor dan Pergerakan Tanah di Kabupaten Lebak

Abdul juga mengatakan, Pulau Serasan bukan merupakan kawasan dengan potensi longsor yang tinggi, meski kondisi longsor di beberapa bagian kawasan tersebut terjadi berkali-kali.

Selain itu, keadaan vegetasinya masih rapat, meskipun menurut masyarakat setempat tidak terdapat pohon-pohon besar.

Namun, tanah longsor dipengaruhi oleh tanah lempung di daerah tersebut. Untuk mencegah terbentuknya pori-pori besar di dalam tanah, air hujan tidak dapat meresap ke dalam tanah.

Baca Juga: Jalan Aspal yang Amblas di Jalan Daan Mogot Telah Diperbaiki Dinas SDA DKI Jakarta

"Saat intensitas hujan sangat tinggi, air berada di atas, yang kemudian meluncur ke tanah saat air itu sudah menjenuhkan tanah menjadi lumpur karena tidak bisa menembus", ujarnya.

Menurutnya kondisi itu bisa diperbaiki, dengan meningkatkan pengeringan permukaan, seperti pembuatan gorong-gorong, untuk mengantisipasi bencana.

Alhasil, air hujan yang terjadi sebagai banjir dapat langsung mengalir keluar tanpa menunggu air meresap ke dalam tanah.***

Editor: Dwi Christianto

Tags

Terkini

Terpopuler