Olimpiade Tokyo 2020 Resmi Ditutup, Ini 12 Fakta yang Terjadi di Pesta Olahraga Dunia Itu

- 9 Agustus 2021, 14:56 WIB
Kembang api meluncur sebagai penanda ucapan terima kasih dalam upacara penutupan Olimpiade Tokyo 2020, di Tokyo 2020, di Stadion Olimpiade, Tokyo, Jepang (08/08/2021).
Kembang api meluncur sebagai penanda ucapan terima kasih dalam upacara penutupan Olimpiade Tokyo 2020, di Tokyo 2020, di Stadion Olimpiade, Tokyo, Jepang (08/08/2021). /Foto: Reuters/AMR ABDALLAH DALSH/

PORTAL LEBAK - Panitia Olimpiade Tokyo 2020 memadamkan api Olimpiade, pada hari Minggu 9 Agustus 2021, dalam sebuah upacara penutupan.

Olimpiade Tokyo 2020 merupakan pesta olahraga dunia yang diadakan tanpa penonton karena berlangsung dalam situasi pandemi global, dan gejolak pribadi yang mendalam.

Setelah sempat tertunda selama setahun, Olimpiade Tokyo 2020 tetap diselenggarakan dengan prosedur kesehatan yang ketat.

Baca Juga: Sepak Bola Wanita Kanada Cetak Sejarah di Olimpiade Tokyo 2020, Swedia Lagi-lagi Medali Perak

Penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020 menilai acara itu akan menjadi simbol kemenangan dunia atas pandemi.

Karena digelar, ketika varian Covid-19 melonjak kembali di seluruh dunia, meski panitia Olimpiade gagal mendapat untung dan penghasilan keuangan tinggi.

Gelar Olimpiade Tokyo 2020 meskipun tanpa suasana gemerlap, memberi para atlet gambaran sekilas tentang kehidupan sehari-hari Tokyo.

Baca Juga: Peselancar Brasil Raih Medali Emas di Olimpiade Tokyo 2020, Mereka menaklukkan Ombak Besar.

Termasuk, saat Stadion Olimpiade diubah menjadi taman dengan rumput, pengamen, dan pengendara BMX.

Adegan itu dimaksudkan agar para pengunjung dapat "mengalami Tokyo", kata penyelenggara, mengingat ketatnya acara yang dibatasi selama pesta Olimpiade.

Seperti PortalLebak.com lansir dari Reuters, itu adalah akhir yang aneh dari peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Baca Juga: Atlet Polandia Tomala, Raih Medali Emas Olimpiade Tokyo 2021 di Kelas Jalan Maraton 50km

Berikut fakta-fakta yang terjadi selama dan setelah Olimpiade Tokyo 2020 ditutup:

1. Jepang saat ini dibebani tagihan $15 miliar, dua kali lipat dari perkiraan semula, karena tanpa kehadiran ledakan turis.

Presiden Komite Olimpiade Internasional berterima kasih kepada rakyat Jepang dan dirinya mengakui kesulitan menyelenggarakan Olimpiade selama pandemi.

"Momen ini, untuk pertama kalinya setelah pandemi datang, seluruh dunia berkumpul," kata Thomas Bach.

Baca Juga: Atlet Loncat Indah Inggris Raya Tom Daley Merajut di Tribun, Bikin Kantong Medali Spesial Olimpiade Tokyo 2020

"Tak ada yang mampu melaksanakan pertandingan olahraga akbar, yang ditunda sebelumnya," tambahnya.

Sebelumnya, kemarahan publik atas respons pandemi dan peluncuran vaksin yang lambat telah merusak posisi Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga.

2. Jajak pendapat publik menunjukkan sebagian besar orang Jepang menentang penyelenggaraan Olimpiade Tokyo 2020, selama pandemi.

Baca Juga: Masa Depan Atlet Loncat Indah Kanada Terancam, Pamela Ware: Olimpiade Tokyo 2020 Hanya Buat Saya Lebih Kuat

Namun, penyelenggara tampaknya telah mencegah Olimpiade Tokyo dari kesan pembentukan klaster penyebar Covid-19.

Hal itu sangat penting, mengingat sekitar 50.000 orang baik atlet maupun tim pendukunnya berkumpul di tengah pandemi.

3. Sebagai contoh, para pemenang menerima hadiah mereka dari nampan, mengalungkan medali di leher mereka sendiri.

Baca Juga: Greysia Polii, Sang Juara Emas Olimpiade Tokyo 2020 Ucap Syukur Dengan Rendah Hati

Meski demikian, aturan protokol jaga jarak seperti mencegah pelukan, sebagian besar diabaikan selama pesta Olimpiade.

4. Sementara lonjakan bisnis di sektor kunjungan wisata untuk mengisi hotel bagi sebagian besar pengunjung Olimpiade, dinilai gagal.

Pasalnya, kondisi itu dipicu merebaknya varian virus Delta, infeksi harian melonjak menjadi lebih dari 5.000 untuk pertama kalinya di Tokyo, mengancam tak tertampunnya kapasitas rumah sakit.

Baca Juga: Situs Olimpiade Kuno di Yunani Terancam, Saat Pemadam Berperang Melawan Kobaran Api

5. Rekor perolehan medali Jepang, membantu mengeluarkan beberapa medali sengat berarti bagi penyelenggara.

6. Amerika Serikat menempati urutan teratas perolehan dengan 39 medali emas, hanya terpaut satu medali lebih banyak dari saingannya China 38 dan Jepang di 27.

7. Olimpiade Tokyo 2020 juga menunjukkan dorongan agar pesta olahraga itu lebih banyak memperjuangkan keragaman.

Baca Juga: Kisah Atlet Lompat Tinggi Peraih Emas di Olimpiade Tokyo 2020, Tak Hanya Persaingan Tapi Juga Persahabatan

8. Untuk pertama kalinya, upacara kemenangan diadakan untuk acara maraton wanita dan pria.

Lagu Kenya memenuhi stadion berkapasitas 68.000 itu dua kali, untuk peraih medali emas Peres Jepchirchir dan Eliud Kipchoge.

9. Terjadi momen yang seperti pada zaman perang dingin, sprinter Belarusia Krystsina Tsimanouskaya menolak untuk naik pesawat pulang.

Baca Juga: Berapa Rupiah Harga Sebenarnya Medali Emas Olimpiade Tokyo 2020?

Dia dibawa ke bandara dan itu bertentangan dengan keinginannya, sejak saat itu itu Tsimanouskaya mencari status dan mengungsi ke Polandia.

10. Pesenam superstar AS Simone Biles mengejutkan dunia ketika dia menarik lima dari enam kelas olahraga yang diikutinya.

Biles tiba-tiba meninggalkan final tim putri setelah mencoba hanya satu lompat, dengan alasan kesehatan mental dan fisiknya.

Baca Juga: Greysia Polii/Apriyani Rahayu Joget, Hiasi Instagram Official Olimpiade Tokyo 2020

Pengakuan jujurnya, dikombinasikan dengan komentar rasis sebelumnya oleh bintang tenis Jepang Naomi Osaka, mengakibatkan masalah kesehatan mental atlet.

11. Dalam atletik, Italia memberikan kejutan yang berbeda di kelas lari yang luar biasa.

Kemenangan tim Italia termasuk medali emas dalam estafet sprint putra, merebut perolehan emas atletik mereka menjadi lima.

12. Dalam cabang olahraga renang, tim Amerika Serikat tanpa peraih medali emas Olimpiade Michael Phelps, masih mengakhiri berjaya di perolehan medali.

Baca Juga: Olimpiade Tokyo 2020: Terbiasa Perunggu, Sepak Bola Wanita Kanada Pertama Kali Ke Final Setelah Kalahkan AS

Penutupan Olimpiade Tokyo 2020, menggambarkan kelegaan para atlet, beberapa dari mereka berbaring di rumput yang di stadion.

Beberapa atlet lainnya, tampak santai saat mereka menyaksikan rentetan kembang api menerangi langit Tokyo.

Pada akhirnya, dua layar besar stadion memproyeksikan tampilan retro yang mengingatkan kembali pada Olimpiade Tokyo 1964: kata "ARIGATO" atau "terima kasih" pun terucap sebagai salam penutup.***

Editor: Dwi Christianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah