Dana Bantuan Covid-19 Diselewengkan Untuk Membangun Patung Cumi-cumi Raksasa

6 Mei 2021, 08:11 WIB
Sebuah patung cumi-cumi raksasa dibangung menggunakan dana hibah untuk tangani virus korona Covid-19 terliha di kota Noto, Ishikawa prefecture, Jepang (13/04/2021). /Foto: via REUTERS/YOUTUBE @TheTonarinopoti/

PORTAL LEBAK - Pemerintah Kota di pesisir bagian barat Jepang, menuai kemarahan pengguna media sosial, setelah menggunakan sebagian dana bantuan virus korona yang diberikan oleh pemerintah pusat, untuk membangun patung cumi-cumi raksasa.

Kota Noto di Prefektur Ishikawa diberi bantuan 800 juta yen ($ 7,31 juta) atau setara Rp 105 miliar, dalam bentuk hibah dari pemerintah pusat, sebagai bagian dari program bantuan yang bertujuan untuk meningkatkan ekonomi lokal di tengah pandemi, menurut media domestik.

Dari jumlah itu, pemkot Noto menggunakan 25 juta yen untuk menutupi sebagian biaya pembangunan patung cumi-cumi raksasan, setinggi empat meter dan panjang sembilan meter.

Baca Juga: Selama Larangan Mudik 2021, Jalan Tol Layang MBZ Ditutup

Seperti lapor media dalam negeri, yang dirangkum Reuters dan dikutip PortalLebak.com, Kamis 6 Mei 2021, total biaya konstruksi sekitar 30 juta yen atau Rp3,9 miliar.

Padahal, Jepang sedang berjuang melawan gelombang keempat infeksi virus korona dan kabinet menyetujui paket stimulus $ 708 miliar pada bulan Desember 2020, untuk membantu ekonomi pulih dari kemerosotan yang disebabkan pandemi.

Seorang pejabat pemerintah Noto menyatakan, cumi-cumi merupakan makanan lokal di Noto dan membangun patung itu adalah bagian dari "strategi jangka panjang" untuk meningkatkan kesadaran tentang industri perikanan dan pariwisata kota itu.

Baca Juga: Operasi Ketupat 2021 di Lebak, Bupati Perketat Arus Lalu Lintas

Reuters mencoba mengkonfirmasi pemerintah kota Noto, tetapi berlum mendapat respons pejabat pemkot yang berwenang untuk berbicara dengan media.

Karena gedung-gedung pemerintah Jepang di kota ini, ditutup pada hari Rabu 5 Mei 2021, karena liburan tahunan Pekan Emas.

Menurut media lokal, hibah dana tidak secara khusus dialokasikan untuk pengeluaran terkait dengan perawatan pasien virus korona. Pasalnya, tingkat infeksi di Prefektur Ishikawa lebih rendah dibandingkan prefektur lain di Jepang.

Baca Juga: Jenderal Tertinggi AS Peringatkan: Ada 'Potensi Ketidakstabilan Internasional'

Namun, beberapa orang turun ke Twitter untuk mempertanyakan apakah dana tersebut seharusnya digunakan untuk tujuan lain.

"Tidak peduli bagaimana Anda melihatnya, ini salah. Mereka harus mengembalikan uang itu," kata seorang pengguna Twitter.

Pembangunan cephalopoda merah muda dimulai pada Oktober 2020, dan patung yang sudah selesai akhirnya dipindahkan ke rumahnya saat ini pada Maret tahun ini, media lokal melaporkan.***

Editor: Dwi Christianto

Tags

Terkini

Terpopuler