Militer Arab Saudi Selesaikan Misi Evakuasi Pertama Kepada 108 Warga Sipil dan Diplomatnya Keluar dari Sudan

26 April 2023, 02:10 WIB
Kerajaan Arab Saudi selesaikan misi evakuasi diplomat dan warga negaranya dari Sudan ke Jeddah /Kementerian Pertahanan Arab Saudi/

PORTAL LEBAK - Pemerintah Arab Saudi selesaikan misi evakuasi perdana kepada warga sipil yang berada di wilayah konflik di Sudan.

Sebuah kapal sejak Sabtu kemarin, 22 April, telah tiba di pelabuhan wilayah negara Sudan membawa sejumlah warga negara Arab Saudi dan negara lainnya.

Evakuasi ini terkait perang saudara yang kembali pecah antara dua kubu yang masing-masing dipimpin dua jenderal tertinggi Sudan.

Baca Juga: Militer Jepang Bersiap Gagalkan Pengorbitan Satelit Mata-mata Pertama Korut karena Terkait Rudal Balistik

"Kapal evakuasi pertama dari Sudan telah tiba, membawa 50 warga Saudi, dan sejumlah warga negara dari negara sahabat," seperti yang dilaporkan stasiun televisi Al Ekhbariya, dikutip PortalLebak.com dari Gulf News, 25 April 2023.

Kapal militer Arab Saudi itu berlabuh di sebuah pelabuhan di Laut Merah, di mana empat kapal lain yang membawa 108 orang dari 11 negara berbeda diperkirakan menyusul tiba di Jeddah.

Sebelumnya Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengatakan pihak kerajaan telah menyusun rencana evakuasi warganya dan warga negara lain setelah konflik memanas kembali pada 15 April 2023.

Baca Juga: Tank Abrams Akan Buat 'Perbedaan' di Perang Ukraina, Jenderal AS: Tapi Tidak ada Peluru Perak

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan konflik bersenjata yang terjadi sudah satu minggu ini telah menewaskan sedikitnya 413 orang dan sebanyak 3.551 orang terluka.

Sementara itu militer pemerintah Sudan masih mengkoordinasikan upaya untuk mengevakuasi diplomat Amerika Serikat, Inggris, China, dan Prancis ke luar Sudan menggunakan pesawat militer karena perang terus berlanjut di ibu kota, termasuk bandar udara di dalam kota.

Jenderal Abdul Fattah Al Burhan, Panglima bersenjata tentara nasional Sudah yang membendung pemberontakan oleh kelompok pimpinan Jenderal Mohammed Hamdan Dagalo telah berbicara kepada pemimpin berbagai negara untuk segera melakukan evakuasi kepada diplomat dan warganya dari Sudan.

Baca Juga: Viral di Ukraina: Alien? Satelit Jatuh? Serangan Rudal? Kota Kyiv Dilanda Kilat yang Tidak Dapat Dijelaskan

Bandara internasional di Ibu Kota Khartoum akan jadi pemusatan evakuasi warga negara asing meski bandara itu dikelilingi kepulan asap dan dentuman ledakan dari gempuran serangan udara secara sporadis.

Momen evakuasi besar-besaran dipastikan akan berlangsung setelah pihak-pihak yang bertikai berjanji untuk melakukan gencatan senjata selama tiga hari.

Pernyataan tersebut muncul saat Hemedti, panggilan lain Mohammad Hamdan Dagalo, berjanji membuka Bandara Internasional Khartoum untuk evakuasi warga negara asing.

Baca Juga: Wow: PBB Bilang Populasi India akan Susul China, Setidaknya 2,9 Juta Orang Lebih Banyak pada Pertengahan 2023

Tentara Sudan pimpinan Burhan terlibat pertikaian dengan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (Rapid Support Forces atau RSF) yang dipimpin langsung Mohammad Hamdan Dagalo.

Dua jenderal tertinggi di Sudan itu saling adu kekuatan pasukan, berusaha memenangkan pertempuran agar dapat merebut pengaruh di Sudan.

Padahal sebelum konflik ini pecah, kedua pemimpin pihak yang bertikai adalah sekutu dalam menggulingkan pemimpin diktator brutal Sudan yang berkuasa selama tiga dekade bernama Omar al-Bashir.

Baca Juga: China Tegaskan Virus Korona Covid Bukan Berasal dari Pasar Hunan, Otoritas Tolak Tuduhan WHO Telah Hapus Data

Burhan dan Hemedti telah sama-sama memegang posisi tertinggi di dewan penguasa yang bekerja mengawasi transisi politik di tahun 2021, peralihan kendali kekuasaan kepada sipil dan memasukan RSF ke dalam militer resmi Sudan, setelah sukses melakukan kudeta kepada Bashir di tahun 2019.

Hemedti memainkan peran penting dalam mengambil alih kepemimpinan Omar al-Bashir di RSF dan membangun kekuatannya dengan kelompok misili Janjaweed, milisi berbasis di wilayah Darfur, Sudan bagian barat, yang terkenal dengan kebrutalannya membungkam penolakan kepemimpinan Bashir.

Sebutan paramiliter ini bukan tanpa alasan, peta kekuatan RSF terbilang cukup sebanding dengan kekuatan militer pemerintah Sudan. Selain karena diisi mantan anggota militer warga sipil yang sebagian besar adalah anak muda dibekali senjata berat seperti peluncur roket dan mobil dengan senapan mesin.***

Editor: Jefry Agustinus Alexander B

Sumber: Gulf News

Tags

Terkini

Terpopuler