Laporan Militer: AS Khawatir Adanya Penumpukan Senjata Nuklir oleh China

- 2 Agustus 2021, 01:43 WIB
Kendaraan militer yang membawa rudal balistik antarbenua DF-5B melewati Lapangan Tiananmen selama parade militer menandai peringatan 70 tahun berdirinya Republik Rakyat Tiongkok, Pada Hari Nasionalnya di Beijing, Tiongkok 1 Oktober 2019.
Kendaraan militer yang membawa rudal balistik antarbenua DF-5B melewati Lapangan Tiananmen selama parade militer menandai peringatan 70 tahun berdirinya Republik Rakyat Tiongkok, Pada Hari Nasionalnya di Beijing, Tiongkok 1 Oktober 2019. /Foto: REUTERS/JASON LEE/

PORTAL LEBAK - Pentagon dan anggota kongres Partai Republik Amerika Serikat (AS) menyiarkan kekhawatiran baru tentang peningkatan kekuatan nuklir China.

Pernyataan ini mencuat, setelah sebuah laporan baru mengatakan Beijing sedang membangun 110 silo rudal lagi.

Sebuah laporan Federasi Ilmuwan Amerika (AFS) pada pekan lalu mengungkapkan gambar satelit menunjukkan China sedang membangun ladang silo baru di dekat Hami, di timur, wilayah Xinjiang.

Baca Juga: Rumor Judul Sekuel Kelima Film Predator Reboot Dibantah Sutradara Trachtenberg di Akun Instagram

Laporan itu muncul berminggu-minggu setelah pembangunan sekitar 120 silo rudal di Yumen, daerah gurun sekitar 380 km di tenggara China.

"Ini adalah kedua kalinya dalam dua bulan publik mengetahui apa yang telah kami katakan selama ini," tegas sumber.

"Selain itu, soal meningkatnya ancaman yang dihadapi dunia dan tabir kerahasiaan yang mengelilinginya," ujar Komando Strategis AS dalam tweet, yang ditautkan ke New York Times.

Baca Juga: Vaksinasi Massal Covid-19 di Pandeglang, Digelar secara Unik di Obyek Wisata

Seperti PortalLebak.com lansir dari Reuters, Departemen Luar Negeri AS pada awal Juli 2021 menyebut, pembangunan nuklir China mengkhawatirkan.

Laporan itu mengatakan Beijing tampaknya menyimpang dari strategi nuklir puluhan tahun yang didasarkan pada pencegahan minimal.

Ia meminta China untuk terlibat dengannya 'pada langkah-langkah praktis untuk mengurangi risiko perlombaan senjata yang tidak stabil.'

Baca Juga: Pemadaman Karhutla di Banjarbaru Kalsel Seluas 2 Hektar, BPBD Turunkan Mobil Water Supply

Anggota Kongres dari Partai Republik Mike Turner, mengatakan pembangunan nuklir China ini 'belum pernah terjadi sebelumnya.'

"Saya menyatakan bahwa itu adalah menyebarkan senjata nuklir untuk mengancam Amerika Serikat dan sekutu kami," pungkas Turner yang juga anggota peringkat Subkomite Angkatan Bersenjata DPR untuk Pasukan Strategis,

Turner menilai penolakan China untuk merundingkan kontrol senjata 'harus menjadi perhatian dan dikutuk oleh semua negara yang bertanggung jawab.'

Baca Juga: Wajib Pajak Kendaraan di Jawa Barat Dapat 'Bebas Bayar Denda' di Program Triple Untung Plus

Anggota Partai Republik lainnya, Mike Rogers, anggota peringkat Komite Angkatan Bersenjata DPR, menilai perkembangan nuklir China menunjukkan perlunya memodernisasi penangkal nuklir AS dengan cepat.

 Sebuah laporan Pentagon tahun 2020 memperkirakan persediaan hulu ledak nuklir China di "rendah 200-an" dan mengatakan itu diproyeksikan setidaknya dua kali lipat.

Itu saat Beijing memperluas dan memodernisasi pasukannya. Analis mengatakan Amerika Serikat memiliki sekitar 3.800 hulu ledak.

Baca Juga: Rumor Judul Sekuel Kelima Film Predator Reboot Dibantah Sutradara Trachtenberg di Akun Instagram

Nenurut lembar fakta Departemen Luar Negeri, 1.357 di antaranya dikerahkan pada 1 Maret 2021.

Washington telah berulang kali meminta China untuk bergabung dengannya dan Rusia dalam perjanjian kontrol senjata baru.

Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman telah mengadakan pembicaraan pengendalian senjata dengan Rusia, di Jenewa, pada hari Rabu.

Baca Juga: Wajib Pajak Kendaraan di Jawa Barat Dapat 'Bebas Bayar Denda' di Program Triple Untung Plus

Sherman berada di China awal pekan ini untuk pembicaraan, di mana Beijing menuduh Washington menciptakan "musuh imajiner" untuk mengalihkan perhatian dari masalah domestik dan menekan China.

Beijing mengatakan persenjataannya dikerdilkan oleh Amerika Serikat dan Rusia dan siap untuk melakukan dialog bilateral tentang keamanan strategis "berdasarkan kesetaraan dan saling menghormati."***

Editor: Dwi Christianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x