Khawatir Aksi Rusia, Perempuan Finlandia Daftar dan Pelajari Teknik Pertahanan Militer

- 7 Juni 2022, 15:00 WIB
Wanita Finlandia mengikuti kursus pertahanan sipil sukarela di Hattula, Finlandia 28 Mei 2022. Gambar diambil 28 Mei 2022.
Wanita Finlandia mengikuti kursus pertahanan sipil sukarela di Hattula, Finlandia 28 Mei 2022. Gambar diambil 28 Mei 2022. /Foto: REUTERS/STAFF/

PORTAL LEBAK - Hanya beberapa hari setelah Rusia menyerang Ukraina pada 24 Februari 2022, banyak perempuan Finlandia mengikuti pelatihan untuk membantu diri dan negaranya mempertahankan diri jika terjadi serangan militer.

Seperti dialami pengusaha Finlandia Sissi Moberg, yang menjelajahi internet mencari pelatihan bela diri, jika ada serangan militer.

"Saya sangat sedih untuk Ukraina. Kemudian saya mulai khawatir tentang Finlandia dan berpikir apa yang bisa saya lakukan soal ini," ujar ibu empat anak berusia 46 tahun itu, kepada Reuters dan dikutip PortalLebak.com.

Baca Juga: Rusia Serang Ibukota Ukraina Kyiv, Pertempuran Pertama Setelah Beberapa Minggu Invasinya

Dalam beberapa minggu, Moberg berada di pelatihan bagi tenaga cadangan dan belajar bagaimana menggunakan senjata dan bergerak di medan perang.

Perang di Ukraina telah menyebabkan alarm besar di Finlandia, yang berbagi perbatasan 1.300 km dengan Rusia.

Selama Perang Dunia Kedua, pernah berperang dua kali melawan Uni Soviet yang menelan biaya sepersepuluh dari wilayahnya. Sekitar 100.000 orang Finlandia terbunuh.

Baca Juga: Ukraina Klaim Pukul Mundur Pasukan Rusia, Senjata Bantuan Amerika Serikat Dilecehkan Moskow

Didorong oleh invasi Rusia ke Ukraina, Finlandia memutuskan memperkuat kebijakan pertahanan dan keamanan dalam negeri.

Selama beberapa dekade bulan lalu, ketika Finlandia mengajukan keanggotaan baru untuk masuk dalam aliansi militer NATO.

Asosiasi Kesiapsiagaan Darurat Nasional Wanita Finlandia mengatakan permintaan untuk pelatihan telah melonjak sejak Februari 2022.

Baca Juga: Abdul Qadir Pimpinan Khilafatul Muslimin yang Sempat Bikin Gaduh Diamankan Polisi di Lampung

"Tepat setelah perang pecah, telepon kami berdering dan email masuk dan tentu saja permintaan pelatihan meningkat," ungkap Suvi Aksela, kepala komunikasi asosiasi itu.

Tren ini sesuai dengan tradisi lama Finlandia dalam sukarelawan masa perang di antara wanita yang berbeda dengan pria, tidak diharuskan untuk melakukan dinas militer.

Sekitar 19 persen dari 13.000 personel militer profesional Finlandia adalah perempuan, menurut data dari militer, meskipun hanya 1-2 persen dari peserta wajib militer adalah perempuan.

Baca Juga: Pengenaan Tarif Rp750.000 ke Atas Candi Borobudur, Lembaga Agama Budha Ajukan Usul

Pekan lalu, Moberg kembali lagi, kali ini dalam pelatihan bertahan hidup yang diselenggarakan oleh Asosiasi Kesiapsiagaan Wanita.

Latihan digelar di sebuah pangkalan militer di Hattula, 100 km dari Helsinki, selama tiga hari.

Moberg dan lebih dari 300 perempuan lainnya belajar cara mendirikan kemah, menyalakan api di tengah hujan, menavigasi dan melakukan pertolongan pertama.

Baca Juga: India Membara: Penghinaan Terhadap Islam Ditengarai Memicu Ketegangan

"Saya salah satu orang terakhir yang diharapkan untuk berpartisipasi dalam kursus seperti ini karena saya sudah memiliki putri," kata Moberg.

Sejumlah 500 perempuan lainnya berada dalam daftar tunggu, menurut Asosiasi Kesiapsiagaan perempuan.

Asosiasi itu merupakan sebuah kelompok sukarelawan yang mengadakan sesi pelatihan tahunan untuk wanita sipil, tentang keterampilan yang dibutuhkan dalam situasi krisis.

Baca Juga: Apple Ikut 'Bermain' di Dunia Otomotif, Ciptakan Perangkat Lunak di Dasbor Mobil

Asosiasi menerima sejumlah dana publik dan dapat menggunakan fasilitas dan peralatan militer untuk pelatihan.***

Editor: Dwi Christianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x