Sementara itu militer pemerintah Sudan masih mengkoordinasikan upaya untuk mengevakuasi diplomat Amerika Serikat, Inggris, China, dan Prancis ke luar Sudan menggunakan pesawat militer karena perang terus berlanjut di ibu kota, termasuk bandar udara di dalam kota.
Jenderal Abdul Fattah Al Burhan, Panglima bersenjata tentara nasional Sudah yang membendung pemberontakan oleh kelompok pimpinan Jenderal Mohammed Hamdan Dagalo telah berbicara kepada pemimpin berbagai negara untuk segera melakukan evakuasi kepada diplomat dan warganya dari Sudan.
Bandara internasional di Ibu Kota Khartoum akan jadi pemusatan evakuasi warga negara asing meski bandara itu dikelilingi kepulan asap dan dentuman ledakan dari gempuran serangan udara secara sporadis.
Momen evakuasi besar-besaran dipastikan akan berlangsung setelah pihak-pihak yang bertikai berjanji untuk melakukan gencatan senjata selama tiga hari.
Pernyataan tersebut muncul saat Hemedti, panggilan lain Mohammad Hamdan Dagalo, berjanji membuka Bandara Internasional Khartoum untuk evakuasi warga negara asing.
Tentara Sudan pimpinan Burhan terlibat pertikaian dengan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (Rapid Support Forces atau RSF) yang dipimpin langsung Mohammad Hamdan Dagalo.
Dua jenderal tertinggi di Sudan itu saling adu kekuatan pasukan, berusaha memenangkan pertempuran agar dapat merebut pengaruh di Sudan.
Padahal sebelum konflik ini pecah, kedua pemimpin pihak yang bertikai adalah sekutu dalam menggulingkan pemimpin diktator brutal Sudan yang berkuasa selama tiga dekade bernama Omar al-Bashir.