Seni Mendaki Gunung, Bertahan di Cuaca Ekstrim dan Sampai Puncak

- 5 Maret 2021, 14:03 WIB
Pendakian gunung Prau, Wonosobo, Jawa Tengah.
Pendakian gunung Prau, Wonosobo, Jawa Tengah. /Foto: Portal Lebak/Topan Aribowo Soesanto/

PORTAL LEBAK - Mendaki gunung kini bukan hanya sekedar olahraga di luar ruang terbuka saja, tetapi menjadi bagian gaya hidup milenial, untuk menyalurkan hobi berpetualang.

Sebagai salah satu olahraga ekstrim, tentu dibutuhkan banyak pengetahuan perihal giat aktivitas nya. Kesiapan fisik yang ditunjang peralatan yang mumpuni, diperlukan untuk bisa menaklukkan alam bebas.

Dikutip PortalLebak.com dari berbagai sumber, mendaki gunung bukan lah bicara tentang menaklukkan ketinggian puncak dan pengenalan medan yang cukup. Para pendaki harus memiliki ketahanan tubuh, agar dapat menyesuaikan diri dengan cuaca dan iklim ekstrim di gunung.

Baca Juga: Waspada, Berbagai Modus Penipuan Vaksin Covid-19

Baca Juga: Ini Syarat Vaksinasi Layanan Tanpa Turun Kendaran (Drive Thru) Bagi Lansia

Dalam seni pendakian gunung, dikenal beberapa istilah yang akrab kita dengar, seperti survival. Jangan sampai sang pendaki mengalami kelelahan fisik serta mendadak muntah di dalam perjalanan.

Lemahnya ketahanan fisik pendaki, dapat mengakibatkan Acute Mountain Sickness (AMS) atau biasa di sebut Altitude Sickness. Gejala AMS sering terjadi atau menyerang pendaki ketika mengalami kurangnya asupan oksigen (O2) dalam udara.

Jalan sempoyongan, muntah, kepala pusing, hilang keseimbangan, emosi tidak terkontrol, nafsu makan hilang dan susah tidur merupakan ciri- iri yang di timbulkan oleh AMS. Hingga nafas yang tidak teratur di saat rehat, juga bagian dari tanda bahwa kita terkena AMS.

Baca Juga: Garuda Indonesia Hadirkan Layanan Rapid Test Antigen Gratis Mulai Maret 2021

Baca Juga: So Sweet, Joshua Suherman Resmi Lamar Clairine Clay

Tentu ini sangat berbahaya karena tubuh kekurangan oksigen dalam beberapa jam, tentu bisa merusak organ dan menyebabkan kematian. Pengumpulan cairan ke otak atau pengumpulan cairan dalam paru-paru.

Selain berniat lanjutkan perjalanan sampai ke puncak gunung, harus diiringi dengan istirahat di tiap pos pendakian yang memungkinkan. Selain itu, asupan makan karbohidrat dan minum yang banyak sangat membantu.

Jika hembusan nafas masih belum teratur, pendaki disarnakna segera turun dari ketinggian gunung dan mencari kadar oksigen lebih banyak.

Baca Juga: Genap Berusia 36 Tahun, Ini 5 Film Raline Shah yang Wajib Kamu Tonton!

Baca Juga: Tiger Woods Tidak Tahu dan Tidak Ingat Dirinya Kecelakaan Mobil

Mendaki bukan hal bagaimana menaklukkan tinggi nya sang puncak, tetapi bagaimana setiap proses pendakian memberikan begitu banyam makna kehidupan, salam lestari. Suvival merupakan seni bertahan hidup dalam gunung dan hutan serta  ini, yang sering di alami berkaitan dengan ketahanan fisik pendaki.***

Editor: Dwi Christianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x