Pegiat Medsos Sebut Label Islamophobia Sebagai Politik Identitas Terbaru Sama Seperti Isu PKI Bangkit

- 19 Juli 2022, 07:30 WIB
Gerakan Nasional Anti Islamophobia dianggap pegiat media sosial sebagai politik identitas
Gerakan Nasional Anti Islamophobia dianggap pegiat media sosial sebagai politik identitas /foto: Twitter / @GNAI_Indonesia/

PORTAL LEBAK - Seorang pegiat media sosial atau influencer bernama Chusnul Chotimah menanggapi deklarasi Gerakan Nasional Anti Islamophobia (GNAI) di Jakarta dengan menganggap sebagai politik identitas.

Istilah Islamophobia dianggap Chusnul sengaja digaungkan untuk melabeli kelompok tertentu yang berbeda pandangan politik dengan mereka yang mendeklarasikan GNAI.

Di akun Twitternya, Chusnul berpendapat bahwa Islamophobia sebenarnya tidak ada, oleh karena alasan itu lah dia menganggap deklarasi GNAI sebagai politik identitas yang baru seperti isu PKI.

Baca Juga: Perekrutan Pekerja Migran Indonesia Masih Gunakan SMO, PM Ismail Sabri Minta Menterinya Taati MoU

"Isu Islamofobia itu sama seperti isu PKI bangkit, sama diangkat kadrun, sama-sama ga ada," tulis Chusnul di akun Twitternya bernama @Chusnulch__, dikutip Selasa, 19 Juli 2022.

"Cuma akan dipakai untuk mencap mereka yg beda pilihan dengan kadrun. Kalo dulu dicap PKI nanti dicap Islamophobia dan mereka merasa paling mewakili Islam. Islamophobia politik identitas terbarunya kadrun," lanjutnya.

Dia juga berpendapat bahwa sebenarnya tidak ada phobia pada Islam, termasuk Pemerintah Indonesia, hanya karena melarang dan membubarkan kegiatan FPI dan HTI.

Baca Juga: Seorang Netizen Beberkan Bukti Jimin BTS Beli Followers Instagram dan Spotify Demi Popularitas

Menurutnya dua organisasi itu sama sekali tidak mewakili Islam sehingga tidak ada alasan mencap seseorang yang tidak suka dengan organisasi tersebut sebagai phobia pada agama Islam.

Halaman:

Editor: Jefry Agustinus Alexander B

Sumber: Twitter


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x