Pemerintah Pusat Mulai Rancang Rekayasa Cuaca untuk Mengurangi Polusi Udara di Jabodetabek

- 22 Agustus 2023, 12:42 WIB
Kepala BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji (kedua kiri) melihat sebuah pesawat di Pangkalan TNI Angkatan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, bersiap untuk rencana menabur garam di udara untuk menghindari kondisi cuaca ekstrem.
Kepala BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji (kedua kiri) melihat sebuah pesawat di Pangkalan TNI Angkatan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, bersiap untuk rencana menabur garam di udara untuk menghindari kondisi cuaca ekstrem. /Foto: ANTARA/HO-BPBD DKI Jakarta/am./

Beberapa negara seperti China, Korea Selatan, Thailand dan India telah menerapkan teknologi perubahan cuaca untuk mengurangi polusi. Di Indonesia baru pertama kali diterapkan di Jabodetabek.

PORTAL LEBAK - Pemerintah Indonesia mulai menerapkan operasi teknologi rekayassan cuaca untuk mengurangi dan memerangi polusi udara di wilayah perkotaan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekas (Jabodetabek).

Koordinator Laboratorium Manajemen Teknologi Rekayasa Cuaca BRIN, Budi Harsoyo mengatakan, pemerintah melakukan penyemprotan 800 kilogram garam nabati pada ketinggian sekitar 10.000 kaki di Cianjur, Depok, Jakarta Selatan, dan Jakarta Pusat.

"Beberapa negara seperti China, Korea Selatan, Thailand, dan India telah menerapkan teknologi rekayasa cuaca untuk mengurangi polusi. Sedangkan di india baru pertama kali diterapkan di Jabodetabek," katanya melalui keterangan tertulis yang dikutip PortalLebak.com darai Antara, Senin, 21 Agustus 2023.

Baca Juga: Jadwal Rekayasa Lalu Lintas One Way Selesai 30 April 2023 Pukul 24.00 WIB, Dilanjutkan Atas Diskresi Kepolisia

Berdasarkan prakiraan BMKG, katanya, 19-21. pada Agustus 2023, awan hujan dapat meningkat di sebagian DKI Jakarta dan Jawa Barat bagian selatan.

Menurutnya, cara paling efektif untuk mengurangi polusi udara adalah air hujan. Jika tidak memungkinkan karena kekeringan, maka perubahan cuaca dapat dilakukan dengan mengganggu stabilitas atmosfer.

Penyemaian berupa es kering pada ketinggian tertentu dapat mengganggu stabilitas atmosfer karena tidak ada perbedaan suhu atau isoterm pada ketinggian tersebut, yang kemudian membentuk lapisan inversi.

Baca Juga: Cuaca Ekstrem yang Berpotensi Sebabkan Banjir, BMKG Peringati 27 Daerah di Tanah Air

"Itu yang kita ganggu, kita buka agar genangan polusi di wilayah Jakarta bisa terus bertambah," kata Budi.

Halaman:

Editor: Dwi Christianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x