"Kubu Capres Jokowi pada dua kali pemilu, menang di pertempuran politik udara alias kegiatan-kegiatan penggiringan opini, namun kalah besar di pertempuran politik darat," nilai Sabar.
Sebab utamanya, jelas Sabar - karena tingkat militansi kelompok Relawan Jokowi 2014 dan 2019 kalah jauh dalam pertempuran-petempuran politik 'darat' melawan kelompok relawan Prabowo Subianto.
Baca Juga: Balap Formula Satu atau F1: Red Bull Nyatakan, Tim Akan Fokus Memulihkan Cedera Ricciardo
Hasilnya kubu Capres Jokowi pada pemilu 2014 dan 2019 hanya menang atau imbang dalam pertempuran-pertempuran politik udara (medsos-Red) dan gelar-gelar panggung drama politik besar (penggalangan dan mobilisasi massa/relawan-Red). Tapi di darat mingkem terplanga-plongo, bisanya hanya menonton militansi giat Relawan Prabowo Sunbianto.
Memicu dan Memacu Militansi Relawan
Saat ini, terdapat 3000-an nama kelompok Relawan Ganjar Pranowo yang sudah mendaftar ke Tim Kordinasi Relawan Pemenangan Pilpres yang dibentuk oleh PDI Perjuangan (TKRPP-PDIP), jumlah nama yang sangat banyak.
Namun bagaimana caranya meningkatkan, memicu dan memacu MILITANSI para Relawan Ganjar Pranowo untuk mau dan mampu bertempur politik darat?
Baca Juga: KKIR Jadi Koalisi Indonesia Maju, Muhaimin Iskandar: Saya akan Lapor Partai
Oleh karena itu, untuk memicu dan memacu MILITANSI, bagi Kubu Capres Ganjar Pranowo pada pemilu 2024 dinilai Sabar, salah satunya adalah melakukan Gerakan Pendirian 'GARDU DGP || Suku Nusantara Bangkit atau yang disebut 'GARDU-nisasi DGP'
"GARDU-nisasi DGP harus dilakukan secepat-cepatnya dan sebanyak-banyaknya per-satuan wilayah kelurahan dan desa, terutama di wilayah-wilayah di mana Capres Jokowi pada pemilu 2014 dan 2019 suaranya kalah besar," pungkas Sabar.