Menteri ESDM Arifin Tasrif Buka IPA Convex, Minyak dan Gas Bumi Masih Berperan Penting di Era Transisi Energi

26 Juli 2023, 07:08 WIB
Menteri Energi dan Sumber Daya Alam (ESDM) Arifin Tasrif, saat membuka IPA CONVEX, di ICE BSD, Tangerang Selatan, Banten, Selasa, 25 Juli 2023. /Foto: Handout/Humas IPA/

PORTAL LEBAK - Menteri Energi dan Sumber Daya Alam (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan subsektor minyak dan gas (migas) akan tetap memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan energi global di masa transisi energi.

Hal ini mencerminkan pertumbuhan produksi dan konsumsi minyak dan gas (migas) dunia selama 10 tahun terakhir.

Terkait migas, Arifin mengatakan produksi minyak meningkat dari 88,6 juta barel per hari (bpd) pada 2012 menjadi 93,8 juta barel pada 2022. Sementara konsumsi minyak meningkat dari 89,1 juta barel pada 2012 menjadi 97,3 juta barel pada 2022.

Baca Juga: Produksi Gas Melesat, Kepala SKK Migas Dwi Sutjipto Tinjau BCP Proyek EMP Bentu

Pada saat yang sama, produksi gas juga meningkat sebesar 20 persen selama 10 tahun terakhir, dan laju pertumbuhan konsumsi gas sebesar 1,7 persen per tahun.

“Hal ini menunjukkan bahwa dalam transisi energi saat ini, minyak dan gas bumi terus berperan penting dalam menyediakan kebutuhan energi global yang terjangkau dan dapat diandalkan," ujar Arifin.

"Terutama di sektor transportasi dan industri dengan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, terutama di negara-negara berkembang," paparnya.

Baca Juga: SKK Migas: Eni North Ganal Ltd. Selesaikan Pengeboran Eksplorasi Gang Utara-1

Arifin mengatakan pada Konvensi dan Pameran Indonesian Petroleum Association (IPA Convexa) ke-47 pada acara pembukaan di Serpong, Selasa 25 Juli 2023.

Selain itu, Arifin mendemonstrasikan bahwa ketahanan energi membutuhkan energi yang berkelanjutan dan lebih aman. Sehingga guncangan dan ketidakpastian serta rendahnya emisi karbon tidak terlalu berpengaruh di masa depan.

Oleh karena itu, menurut Arifin, industri migas mendapat tekanan besar untuk menjelaskan dampak transisi energi terhadap operasi dan model bisnisnya serta menjelaskan kontribusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Baca Juga: IPA Menilai Kebutuhan Migas Masih Dipertahankan di Era Transisi, Seiring Pengembangan Energi Baru Terbarukan

Arifin mengakui bahwa memenuhi permintaan energi yang terus meningkat dan mengurangi emisi global merupakan tantangan besar. Oleh karena itu, upaya harus dilakukan untuk mengurangi emisi global dari industri minyak dan gas.

Di antaranya, pengurangan gas rumah kaca pada tahap penggunaan melalui efisiensi energi, flaring dan pengelolaan emisi metana, serta pemanfaatan kegiatan yang menggunakan sumber energi terbarukan dan rendah karbon.

"Selain itu, emisi dapat dikurangi dengan meningkatkan penggunaan gas alam, membuat sistem bahan bakar motor lebih efisien dan mengembangkan teknologi rendah karbon seperti kendaraan listrik, biofuel, LNG, amonia, dan sel bahan bakar hidrogen dengan emisi lebih rendah," ujarnya.

Baca Juga: Kunjungan 5 Hari FIFA ke Indonesia Akhir Pekan Ini Menilai Kesiapan Tuan Rumah Piala Dunia U-17 2023

Arifin menilai gas alam menjadi bagian penting dari transisi energi bersama dengan bahan bakar fosil lainnya dan sumber energi portabel.

Ada juga kebutuhan untuk mengembangkan hidrogen rendah karbon yang dapat digunakan untuk mendukung industri yang menyebabkan sulitnya emisi, seperti industri berat dan transportasi.

Selain itu, diperlukan penerapan Carbon Capture Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS), dimana pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan untuk mengimplementasikan CCS/CCUS dalam bisnis minyak dan gas.

Baca Juga: Skuad Indonesia untuk Asian Games 2022 Dihuni Empat Generasi, Indra Sjafri Percaya Diri dengan Kualitas Tim

“Regulasi ini mencerminkan pengakuan pemerintah Indonesia terhadap teknologi CCS dan CCUS sebagai cara yang menjanjikan untuk mengurangi emisi karbon guna mencapai tujuan emisi net-zero pada tahun 2060," pungkas Arifin.

"Ini sekaligus meningkatkan produksi minyak dan gas Indonesia menjadi satu miliar barel minyak dan 12 miliar meter kubik. Tahun 2030, kita akan memproduksi banyak gas setiap hari," kata Arifin.

“Proyek yang akan datang adalah Tangguh CCUS/Enhanced Gas Recovery, yang akan mengurangi 25 juta ton emisi CO2 dan meningkatkan produksi gas menjadi 300 BSCF pada tahun 2035. Awal proyek ini direncanakan pada tahun 2026. Kerjasama internasional yang lebih besar dan kemitraan multi-stakeholder untuk memastikan keamanan dan ketersediaan global CCC sangat penting,” papar Arifin Tasrif.

Baca Juga: Persija Jakarta dan Selangor FA Tertarik Ciptakan Peluang Kerja Sama karena Faktor Bambang Pamungkas

Saat ini terdapat 15 proyek CCS/CCUS dalam tahapan yang berbeda, misalnya Gundih CCUS/Enhanced Gas Recovery (EGR) di Jawa Tengah dan Sukowati CCUS/Enhanced Oil Recovery (EOR) di Jawa Timur.***

Editor: Dwi Christianto

Tags

Terkini

Terpopuler