Indonesia Akan Mengalami Resesi? Ini Empat Indikatornya

- 18 September 2020, 08:00 WIB
Ilustrasi resesi ekonomi akibat pademi global Covid-19.
Ilustrasi resesi ekonomi akibat pademi global Covid-19. /Foto: Pixabay/Geralt/

PORTAL LEBAK - Beberapa hari ini publik banyak membicarakan resesi, baik di sosial media, berita dan sebagainya sebagai salah satu dampak dari pandemi covid-19.

Namun, tak banyak orang yang paham mengenai makna resesi sesungguhnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), resesi secara etimologi berarti kelesuan dalam kegiatan dagang, industri dan sebagainya (seolah-olah terhenti).

Baca Juga: Sejarah Becak di Indonesia, dari Be Chia Hingga Pedagang Sepeda Jepang di Makassar

Sedangkan dalam istilah ekonomi, resesi adalah menurunnya kegiatan dagang/industri yang menimbulkan pengangguran di negara-negara industri.

Dikutip PortalLebak.com dari Investopedia pada 25 November 2019, National Bureau of Economic Research (NBER) mendefinisikan resesi sebagai "periode jatuhnya aktivitas ekonomi, tersebar di seluruh ekonomi dan berlangsung selama lebih dari beberapa bulan.

Resesi adalah istilah ekonomi makro yang mengacu pada penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi umum di wilayah yang ditentukan

Baca Juga: Lima Fakta Budi Hartono, Orang Terkaya di Indonesia yang Surati Presiden Jokowi

Resesi biasanya diakui setelah dua kuartal berturut-turut mengalami penurunan ekonomi, sebagaimana tercermin oleh Pendapatan Domestik Brutto (PDB) bersama dengan indikator bulanan.

Penurunan itu biasanya menyerang lima indikator ekonomi, yakni PDB riil, pendapatan, pekerjaan, manufaktur, dan penjualan ritel.

Lantas, bagaimana caranya mengetahui suatu ekonomi negara tengah berada dalam resesi?

Artikel ini telah tayang di Wartaekonomi.co.id dengan judul: Apa Itu Resesi?

Untuk mengetahui resesi, ada beberapa indikator yang dijadikan pertimbangan. Namun, yang paling penting adalah PDB riil.

Guna lebih lengkap dan jelasnya, berikut 4 indikator bahwa ekonomi suatu negara berada dalam resesi:

1. Penghasilan riil mengukur pendapatan pribadi yang disesuaikan dengan inflasi. Pembayaran transfer, seperti Jaminan Sosial dan pembayaran kesejahteraan, juga dihilangkan.

Ketika pendapatan riil menurun, itu mengurangi pembelian dan permintaan konsumen.

Baca Juga: Gubernur Wahidin Halim: Warga Banten Harus Lindungi Para Kiai dan Ulama

2. Pekerjaan yang diukur dengan laporan pekerjaan bulanan, beserta analisis statistik pekerjaan saat itu.

3. Kesehatan sektor manufaktur, sebagaimana diukur oleh Laporan Produksi Industri.

4. Penjualan manufaktur dan grosir-eceran disesuaikan dengan inflasi.

Pada dasarnya, resesi terjadi ketika ada beberapa dari pertumbuhan yang melambat, tetapi masih positif.

Seringkali seperempat pertumbuhan negatif akan terjadi, diikuti oleh pertumbuhan positif selama beberapa kuartal, dan kemudian seperempat pertumbuhan negatif.

Baca Juga: Ketua DPRD Lebak Meninggal Dunia di Hotel di Serpong, Kapolres Tangsel Beberkan Faktanya

Resesi sendiri bisa terjadi karena berbagai dinamika global. Salah satunya adalah perang dagang antara China dengan Amerika Serikat (AS).

Dinamika dunia ini ujung-ujungnya membuat pertumbuhan perdagangan internasional menurun. Sehingga banyak negara yang kinerja perekonomiannya terdampak.

Untuk itu, masyarakat harus mengamankan aset keuangannya ke instrumen yang memiliki risiko rendah. Misalnya, dari investasi di sektor keuangan dialihkan kepada emas batangan.***

Editor: Sugih Hartanto

Sumber: Warta Ekonomi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x