Update Ukraina Terkini: Zona Larangan Terbang Diserukan ke PBB, Agar Pemboman Udara Rusia Terhenti

1 Maret 2022, 08:00 WIB
Sebuah kendaraan militer hangus terlihat di jalan, saat invasi Rusia ke Ukraina berlanjut, di dekat kota Bucha di wilayah Kyiv, Ukraina 28 Februari 2022. /Foto: REUTERS/MAKSIM LEVIN/

PORTAL LEBAK - Presiden Volodymyr Zelenskiy mendesak Barat untuk mempertimbangkan zona larangan terbang bagi pesawat Rusia di atas Ukraina pada hari Senin.

Tuntutan ini diajukan setelah Moskow membombardir kota terbesar kedua di negara itu, menarik sanksi baru oleh Amerika Serikat dan sekutunya.

Rusia hadapi isolasi internasional atas invasinya ke Ukraina, negosiasi berjam-jam di kedua pihak pada Senin, gagal mencapai kata sepakat menghentikan pertempuran.

Baca Juga: Invasi Rusia ke Ukraina: FIFA Larang Skuad Rusia Bertanding, Bendera atau Lagu Dilarang Berkumandang

Para pejabat Ukraina mengatakan serangan Rusia di Kharkiv, sebuah kota berpenduduk 1,4 juta orang, telah menewaskan warga sipil, termasuk anak-anak.

Dalam pidato video, Zelenskiy mengatakan sudah waktunya untuk memblokir rudal, pesawat, dan helikopter Rusia dari wilayah udara Ukraina.

"Negosiasi yang adil dapat terjadi ketika satu pihak tidak menyerang pihak lain dengan artileri roket pada saat negosiasi," kata Zelenskiy.

Baca Juga: Model Ukraina yang Tinggal di Korea Kecam Saluran MBC Usai Sebut Presiden Zelensky Seorang 'Amatir'

Dikutip PortalLebak.com dari Reuters, Zelenskiy tidak merinci bagaimana dan oleh siapa zona larangan terbang akan diberlakukan.

Amerika Serikat telah mengesampingkan pengiriman pasukan untuk memerangi Rusia dan para pejabat telah menyuarakan keprihatinan tentang meningkatnya ketegangan lebih lanjut antara dua kekuatan nuklir terbesar dunia.

"Zona larangan terbang akan membutuhkan implementasi," kata Sekretaris Pers Gedung Putih, Amerika Serikat, Jen Psaki kepada wartawan.

Baca Juga: Seorang Bayi Meninggal: Susu Formula Merk Similac, Ditarik Oleh Produsennya Abbott

Langkah semacam itu membutuhkan "pengerahan militer AS dalam penegakkannya, yang akan menjadi berpotensi menimbulkan konflik langsung, dan berpotensi perang dengan Rusia, merupakan sesuatu yang tidak kami rencanakan untuk menjadi bagian darinya."

Negara-negara Barat, bersatu mengutuk serangan Rusia, memukul dengan sanksi, menargetkan Presiden Vladimir Putin dan orang kepercayaannya.

Tetapi Putin tidak menunjukkan tanda-tanda mempertimbangkan kembali invasi yang dia lakukan terhadap Ukraina, Kamis lalu.

Baca Juga: Cek Bansos Sembako Dibayarkan Tunai Rp600 ribu di PT Pos, Bagi Warga Kabupaten Lebak Banten

Termasuk dalam upaya untuk menggambar ulang peta keamanan Eropa dan menarik Ukraina dengan kuat menjadi sekutu Rusia.

Pemimpin Rusia menempatkan pasukan nuklir Rusia dalam siaga tinggi pada hari Minggu, meskipun seorang pejabat senior pertahanan AS mengatakan Washington masih belum melihat "gerakan berarti" setelah pengumuman Putin.

Ditanya di Gedung Putih pada hari Senin apakah orang Amerika harus khawatir tentang perang nuklir, Presiden AS Joe Biden mengatakan: "Tidak."

Baca Juga: Disney Luncurkan Level Baru Dalam Petualangan 'Star Wars', Ini Harga Paket Mewahnya

Tanda hubungan memburuk, Amerika Serikat mengusir 12 diplomat Rusia di PBB, dengan alasan masalah keamanan nasional. Rusia menyatakan sebagai "tindakan bermusuhan."

Invasi Rusia - serangan terbesar di negara Eropa sejak Perang Dunia Kedua - telah gagal mencapai keuntungan awal yang menentukan yang diharapkan Putin.

Rusia menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi khusus" yang dikatakan tidak dirancang untuk menduduki wilayah.

Baca Juga: Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim Apresiasi GMKB Adakan Baksos dan Penyuluhan Perlindungan Anak

Tetapi Rusia menegaskan harus menghancurkan kemampuan militer negara tetangga selatannya dan menangkap apa yang dianggapnya sebagai 'nasionalis berbahaya'.

Kepala administrasi regional Kharkiv, Oleg Synegubov, menyatakan Kharkiv di timur laut Ukraina telah menjadi medan pertempuran utama.

"Artileri Rusia telah menggempur distrik perumahan meskipun tidak ada posisi tentara Ukraina atau infrastruktur strategis di sana. Sedikitnya 11 orang tewas," ujarnya.

Baca Juga: Pesawat Cygnus NG-17 Bawa Sejumlah Eksperimen Ilmiah ke Laboratrium Luar Angkasa Demi Siapkan Masa Depan

"Ini terjadi pada siang hari, ketika orang-orang keluar ke apotek, untuk membeli bahan makanan, atau untuk air minum. Itu kejahatan," kata Synegubov.

Walikota Kharkiv, Igor Terekhov, mengungkapkan 4 tewas setelah keluar dari tempat perlindungan bom untuk mengambil air, juga sebuah keluarga dengan tiga anak tewas terbakar di dalam mobil.

Sebelumnya, penasihat Kementerian Dalam Negeri Ukraina Anton Herashchenko mengatakan serangan roket Rusia di Kharkiv telah menewaskan puluhan orang. Tidak mungkin memverifikasi jumlah korban secara independen.

Baca Juga: Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim Apresiasi GMKB Adakan Baksos dan Penyuluhan Perlindungan Anak

Duta Besar Moskow untuk PBB, berbicara di New York, meminta agar tentara Rusia tidak menimbulkan ancaman bagi warga sipil.

Gambar dari perusahaan satelit AS Maxar menunjukkan konvoi militer Rusia membentang lebih dari 17 mil (27 km) dan bergerak lebih dekat ke ibukota, Kyiv, yang tetap di bawah kendali pemerintah Ukraina.

Di jalan-jalan Kyiv, papan tanda yang biasanya digunakan untuk peringatan lalu lintas menunjukkan pesan: "Putin kalah perang. Seluruh dunia bersama Ukraina."

Baca Juga: Invasi Rusia ke Ukraina: FIFA Larang Skuad Rusia Bertanding, Bendera atau Lagu Dilarang Berkumandang

Pertempuran juga terjadi di sekitar kota pelabuhan Mariupol, kata para pejabat, dan pasukan Rusia merebut dua kota kecil di sekitar pembangkit nuklir di tenggara Ukraina, lapor kantor berita Interfax.***

Editor: Dwi Christianto

Tags

Terkini

Terpopuler