Baca Juga: Fans BLACKPINK Minta YG Entertainment Stop Sabotase Lisa
Kedutaan Besar Amerika Serikat pun mengeluarkan pernyataan: "Kami meminta pasukan keamanan, untuk mundur dan mengizinkan orang pulang dengan selamat." Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Myanmar dan Kedutaan Besar Inggris juga membuat seruan serupa.
Di Jenewa, kantor hak asasi manusia PBB menyuarakan keprihatinan yang mendalam tentang nasib para pengunjuk rasa yang terperangkap di Sanchaung. Kepala hak asasi Michelle Bachelet mengatakan mereka harus diizinkan pergi dengan selamat dan tanpa pembalasan.
Sementara itu, seorang juru bicara junta Militer, tidak menjawab panggilan saat dimintai keterangan ke media massa.
Baca Juga: Ikatan Cinta 8 Maret 2021: Aldebaran Tahu Reyna Hampir Hilang Karena Ulah Elsa, Bagaimana Reaksinya?
Baca Juga: Asyik, Ada Fasilitas Pengisian Kendaran Listrik Umum di Rest Area Jalan Tol
Sedangkan polisi Myanmar menegaskan mereka akan memeriksa daftar registrasi keluarga di daerah itu untuk memeriksa jika ada orang luar terlibat dalam aksi. Polisi mengancam akan melakukan tindakan terhadap siapa pun yang tertangkap menyembunyikan pengunjuk rasa.
Televisi negara MRTV mengumumkan: "Kesabaran pemerintah telah habis dan ketika mencoba untuk meminimalkan korban dalam menghentikan kerusuhan, kebanyakan orang Myanmar ingin negara stabil dan menyerukan tindakan yang lebih efektif terhadap para perusuh."
Data Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutkan, lebih dari 50 orang telah dibunuh oleh pasukan keamanan Myanmar, dalam upaya junta Militer untuk membungkam para pengunjuk rasa.
Baca Juga: Ini 4 Buah yang Bisa Menghilangkan Bekas Jerawat di Wajah