Network
PORTAL LEBAK - Runtuhnya bangunan demokrasi Myanmar sadar atau tidak disadari mencuat setelah pemimpin negeri itu, dikudeta oleh rezim militer yang saat ini mengambil alih kekuasaan.
Pesta demokrasi yang pernah dirayakan dan didukung banyak orang kini sirna. Ini akibat kudeta, yang menurut para aktivis dan pakar di Myanmar didorong oleh perebutan kekuasaan selama bertahun-tahun antara penguasa militer dan Aung San Suu Kyi, pemimpin sipil di Myanmar.
Seperti PortalLebak.com lansir dari Nytimes.com, Rabu 3 Februari 2021, transisi demokrasi yang tengah dibangun, bisa menjadi berantakan. Pasalnya, rezim lama (milier-Red) cenderung menyerahkan kekuasaan secara perlahan, sepotong demi sepotong.
Baca Juga: Bupati Lebak: Jalan Tol Serang-Panimbang, Segera Beroperasi
Baca Juga: Soal Kudeta AHY Ketum Partai Demokrat, Mahfud MD: Terpikir Saja Nggak
Dalam fase transisi yang mungkin berlangsung puluhan tahun, sistem otoriter dan demokrasi seringkali beroperasi saling berdampingan. Jika mereka tetap berhubungan baik, melaui pemahaman bersama tentang tujuan akhir yang baik, keduanya memiliki kesempatan untuk berhasil bersama.
Tapi alih-alih hidup berdampingan, kedua belah pihak menghabiskan beberapa tahun terakhir dengan persaingan yang sengit dan semakin meningkat. Pada akhirnya, Aung San Suu Kyi dikalahkan dengan kekuatan pengerahan senjata. Saat ini Suu Kyi, kembali menjadi seorang tahanan.
Padahal, peran demokrasi itu pernah menjadi impian dan harapan bagi rakyat Myanmar. Junta militer negara, setelah beberapa dekade memerintah dengan tangan besi, pada tahun 2011 telah menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah sipil.
Baca Juga: Polri dan TNI AD Samakan Visi Dalam Pendidikan Perwira
