Amerika Serikat Pindahkan Staf Kedutaan Kabul ke Bandara, Saat Taliban Memasuki Ibu Kota Afghanistan

- 16 Agustus 2021, 00:00 WIB
Helikopter angkut militer terbang di atas Kabul Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berbicara tentang investasi infrastruktur di Sekolah Teknik A. James Clark Universitas Maryland, di College Park.
Helikopter angkut militer terbang di atas Kabul Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berbicara tentang investasi infrastruktur di Sekolah Teknik A. James Clark Universitas Maryland, di College Park. /Foto: REUTERS/STRINGER/

PORTAL LEBAK - Staf kedutaan Amerika Serikat (AS) di Kabul meninggalkan kompleks kantor mereka dan pindah ke bandara.

Tindakan ini diambil setelah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyatakan pada hari Minggu, ketika gerilyawan Taliban memasuki ibukota Afghanistan.

Para pejabat setempat juga telah mengungkapkan Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, telah meninggalkan negara itu.

Baca Juga: Taliban Merebut Kandahar Afghanistan, Di Kota-kota Lain: Banyak Kedutaan Keluarkan Staf Mereka

Terdapat pula laporan tembakan sporadis di sekitar kota, tetapi tidak ada pertempuran yang signifikan.

Sementara otoritas Taliban mengatakan mereka sedang menunggu pemerintah yang didukung Barat, untuk segera menyerah secara damai.

Para diplomat AS terus diangkut dengan helikopter ke bandara, di mana pasukan AS memberikan keamanan, di tengah eksodus orang Amerika.

Baca Juga: Inggris Mau Berdamai Dengan Kelompok Pemberontak Taliban Meski Sudah Kehilangan 457 Tentara

Seperti PortalLebak.com lansir dari Reuters, eksodus juga melanda sekutu lokal AS beserta orang asing lainnya.

Sumber mengatakan kepada Reuters bahwa sebagian besar staf AS akan dievakuasi dari Kabul dalam satu atau dua hari mendatang.

"Kami bekerja untuk memastikan personel kami aman dan terlindungi. Kami memindahkan pria dan wanita kedutaan kami ke lokasi di bandara," kata Blinken kepada ABC News.

Baca Juga: Kelompok Taliban Mengatakan Bisa Hidup Berdampingan Dalam Damai

Lebih lanjut, pasukan AS telah dikirim untuk membawa pejabat AS keluar dari negara itu "dengan cara yang aman dan tertib".

Operasi militer itu dilakukan sambil mempertahankan "kehadiran inti staf diplomatik," papar Blinken.

Prancis, Jerman, Belanda dan Swedia semuanya mengatakan pada hari Minggu 15 Agustus, bahwa mereka telah memindahkan diplomat mereka dari kantor kedutaan.

Baca Juga: Cerita KPop: Acara 'Girls Generation' Memicu Tawa Setelah Hyoyeon Didukung Anggota HYO Lainnya

Seorang pejabat NATO mengatakan kelompok itu mempertahankan kehadiran diplomatiknya di Kabul dan membantu menjaga bandara tetap beroperasi.

Sebuah penilaian intelijen AS awal pekan ini mengatakan Kabul dapat dikepung dalam 30 hari dan dapat jatuh ke tangan Taliban dalam 90 hari.

Namun gerilyawan merebut sebagian besar kota-kota besar Afghanistan dalam waktu kurang dari seminggu dan memasuki ibu kota pada hari Minggu.

Baca Juga: Jadwal Acara TV Senin 16 Agustus 2021 MNC TV, RCTI, SCTV, NET TV, TRANS7, GTV, ANTV, TRANSTV dan Indosiar

Sekitar 4.200 orang tetap berada di kedutaan AS sampai Kamis, ketika pergerakan cepat Taliban memaksa pemerintahan Joe Biden mulai menerbangkan ribuan tentara, untuk membantu menarik banyak diplomat yang tersisa keluar.

Departemen Luar Negeri AS bersikeras agar kedutaan tidak ditutup, tetapi pada hari Minggu, sumber mengatakan hampir semua personel AS akan ditarik keluar dari negara itu dalam satu atau dua hari.

Para pejabat AS mengatakan mereka tidak mengharapkan strategi militer di Afghanistan berubah, selama Taliban mengizinkan evakuasi berlanjut.

Baca Juga: Bikin Roti Panggang Laku Rp1 Miliar, Sisca Kohl Kembali Sedot Perhatian Netizen Lagi Usai Bisa Borong BTS Meal

Seperti diketahui, misi awal Amerika Serikat di Afghanistan, diluncurkan untuk menggulingkan pemimpin Al Qaeda Osama bin Laden.

Ini digelar setelah serangan 11 September 2001, terjadi. Blinken mengatakan Washington mencegah serangan lebih lanjut oleh gerilyawan dari Taliban.

Presiden AS Joe Biden menghadapi kritik domestik yang meningkat, setelah tetap menarik pasukan yang disepakati di bawah Presiden Donald Trump.***

Editor: Dwi Christianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x