Sebelum CEO Boeing dan Airbus melayangkan surat tersebut bersama-sama, pihaknya mengaku telah mempelajari dan coba memahami jaringan berkecepatan tinggi tersebut bersama industri penerbangan lainnya.
"Airbus dan Boeing bekerja sama dengan pemangku kepentingan industri kedirgantaraan lainnya di Amerika Serikat untuk memahami inisiatif 5G," ungkap surat tersebut.
Baca Juga: Penemuan Makam Kuno di Shanxi Berusia Sekitar 1500 Tahun, Berasal dari Dinasti Wei Utara
Dijelaskan juga sebagai contoh, jika Otoritas Transportasi AS meresmikan jaringan 5G pada tahun 2019 lalu pasti sekarang sudah ada sekitar 350.400 pesawat komersial terjadwal yang mengalami gangguan penerbangan.
"Jika Administrasi Penerbangan Federal telah menyetujuinya pada 2019, sekitar 345.000 pesawat penumpang dan 5.400 pesawat kargo akan menghadapi penundaan, pengalihan, atau pembatalan sejauh ini," ungkap surat tersebut.
Di sisi lain, pihak-pihak yang berada di bidang telekomunikasi yang mengadvokasi transisi ke teknologi 5G menuduh industri penerbangan bermain ketakutan dan memutarbalikkan fakta.
Meredith Attwell Baker, CEO CTIA, salah satu perusahaan industri jaringan telekomunikasi, mengatakan dalam sebuah pernyataan bulan lalu, dengan alasan bahwa keterlambatan dalam teknologi 5G akan menyebabkan kerusakan nyata.***