Barat Ingatkan 'Momen Berbahaya' Saat Rusia Gelar Latihan Perang

- 11 Februari 2022, 06:00 WIB
Seorang anggota layanan Rusia terlihat di kendaraan tempur infanteri BMP-3 selama latihan yang diadakan oleh angkatan bersenjata Distrik Militer Selatan di jajaran Kadamovsky di wilayah Rostov, Rusia 3 Februari 2022.
Seorang anggota layanan Rusia terlihat di kendaraan tempur infanteri BMP-3 selama latihan yang diadakan oleh angkatan bersenjata Distrik Militer Selatan di jajaran Kadamovsky di wilayah Rostov, Rusia 3 Februari 2022. /Foto: REUTERS/SERGEY PIVOVAROV/

PORTAL LEBAK - Inggris menyatakan pada hari Kamis, bahwa "momen paling berbahaya" daam kebuntuan dialog Barat dengan Moskow tampaknya sudah dekat.

Apalagi ketika Rusia mengadakan latihan militer di Belarus dan Laut Hitam, menyusul konsolidasi militernya di dekat Ukraina.

Ukraina juga menggelar latihan perang dan seorang pejabat senior Amerika Serikat (AS) yang memperingatkan bahwa "kantong mayat akan kembali ke Moskow".

Baca Juga: AS, Inggris Ancam Sanksi ke Elit Moskow, jika Rusia menginvasi Ukraina

Ini jika pasukan Rusia melintasi perbatasan. Namun para pemimpin di kedua pihak mengisyaratkan bahwa mereka berharap diplomasi masih bisa unggul.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyatakan kondisi tersebut, sebagai krisis keamanan terbesar di Eropa, selama beberapa dekade.

Dalam putaran baru pembicaraan, menteri luar negeri Inggris berdebat secara terbuka dengan mitranya dari Rusia di Moskow.

Baca Juga: Ancaman Apa? TV Pemerintah Rusia Menjelaskan Peran Moskow di Krisis Ukraina

Johnson mengunjungi markas NATO di Brussel dan pemimpin Jerman bertemu dengan rekan-rekan negara Baltiknya di Berlin, di mana para pejabat dari Rusia, Ukraina, Jerman dan Prancis juga mengadakan diskusi.

Rusia, yang telah menempatkan lebih dari 100.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina, membantah tuduhan Barat bahwa mereka berencana menyerang bekas tetangga Sovietnya.

Meskipun demikian Rusia mengatakan pihaknya dapat mengambil tindakan "teknis militer" yang tidak ditentukan kecuali tuntutannya dipenuhi.

Baca Juga: 10 Lebih Reaksi Atas Berita Pernikahan KDrama 'Crash Landing On You' OTP Hyun Bin dan Son Ye Jin

"Sejujurnya saya tidak berpikir keputusan telah diambil" oleh Moskow tentang apakah akan menyerang," ujar Johnson dilansir PortalLebak.com dari Reuters.

Johnson bersama Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, menyatakan rencana yang mengarah bencana itu tidak berarti akan benar-benar bisa terjadi dalam waktu dekat."

"Ini mungkin momen paling berbahaya, menurut saya, dalam beberapa hari ke depan, dalam krisis keamanan terbesar yang dihadapi Eropa selama beberapa dekade," ujar Johnson.

Baca Juga: Rangkuman Ikatan Cinta 10 Februari 2022: Reyna Menghilang Atau Dihilangkan, Al dan Andin Panik

Jalan terbaik ke depan menurut Johnson yang dilansir PortalLebak.com dari Reuters, adalah diplomasi yang dinyatakannya kepada wartawan di Polandia.

Stoltenberg juga mengatakan adalah saat yang berbahaya bagi keamanan Eropa, jika jumlah pasukan Rusia meningkat. Waktu peringatan untuk kemungkinan serangan berkurang.

Inggris menerbitkan undang-undang yang memperluas kewenangan mereka, terkait Rusia yang dapat dikenai sanksi jika Moskow menginvasi.

Baca Juga: Jonathan Rea Catat Waktu Tercepat Hari Pertama Tes Pramusim WSBK di Portimao, Toprak Diurutan Dua

Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin menghadapi "pilihan sulit" antara dua jalur yang sangat berbeda.

"Jika dia memilih perang "(dia) harus mengerti bahwa kantong mayat akan kembali ke Moskow.., bahwa warga Rusia akan menderita karena ekonomi mereka akan hancur total," kata Wendy, kepada penyiar MSNBC.

Dalam gesekan perbedaan terbaru, Ukraina mengkritik latihan angkatan laut Rusia yang dikatakan membuat navigasi di Laut Hitam dan Laut Azov "hampir tidak mungkin".

Baca Juga: Luhut Pandjaitan Murka Kepada Kelompok Orang yang Tolak Vaksinasi Covid-19 dan Menghasut Masyarakat

Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov mendesak masyarakat internasional untuk membalas, termasuk dengan memberlakukan pembatasan pelabuhan pada kapal-kapal Rusia.

Saat mengunjungi Moskow, Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss dicemooh oleh Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, yang menuduhnya menolak mendengarkan.

"Sejujurnya saya kecewa bahwa apa yang kita miliki adalah percakapan antara orang bisu dan orang tuli," kata diplomat veteran berusia 71 tahun itu dalam konferensi pers.***

Editor: Dwi Christianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah