Dapat Bantuan Inggris, Ukraina Siapkan 'Pertempuran Sengit' Atas Serangan Rusia

- 10 April 2022, 12:54 WIB
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berjabat tangan sebelum pertemuan, saat serangan Rusia terhadap Ukraina berlanjut, di Kyiv, Ukraina 9 April 2022. Layanan Pers Kepresidenan Ukraina.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berjabat tangan sebelum pertemuan, saat serangan Rusia terhadap Ukraina berlanjut, di Kyiv, Ukraina 9 April 2022. Layanan Pers Kepresidenan Ukraina. /Foto: REUTERS/UKRAINIAN PRESIDENTIAL PRESS SER/

PORTAL LEBAK - Pasukan Ukraina bersiap melakukan pertempuran sengit melawan pasukan Rusia yang mengepung di timur negara itu.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menyatakan ini pada Sabtu, setelah Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berkunjung menawarkan bantuan baru di segi keuangan dan militer.

Johnson merupkaan pemimpin asing terakhir yang mengunjungi Kyiv, setelah pasukan Rusia mundur dari daerah di utara ibu kota itu, lebih dari seminggu yang lalu.

Baca Juga: Penghargaan Grammy: Olivia Rodrigo Menangkan Artis Pendatang Baru, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy Muncul

Kunjungannya perdana menteri Inggris ini, dilansir PoralLebak.com dari Reuters, tidak diumumkan sebelumnya.

Sebelumnya pada hari itu, pemimpin Ukraina itu bertemu dengan Kanselir Austria Karl Nehammer di Kyiv.

Melalui konferensi pers bersama mereka menyatakan ada ancaman terhadap ibukota Ukraian itu agak minim, meski ancaman Rusia meningkat di timur.

Baca Juga: Ukraina Tuduh Rusia 'Membantai' Warga Sipil; Rusia Menyangkal Tuduhan Itu

"Ya, pasukan (Rusia) berkumpul di timur (Ukraina)," papar Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy.

"Ini akan menjadi pertempuran yang sulit, kami percaya pada pertarungan ini dan kemenangan kami. Kami siap untuk bertarung secara bersamaan dan mencari cara diplomatik untuk mengakhiri perang ini," tambahnya.

Sirene serangan udara di kota-kota di timur Ukraina, menjadi fokus aksi militer Rusia setelah penarikan dari daerah yang dekat dengan Kyiv.

Baca Juga: Warga Lokal Bingung, Nuansa Las Vegas Berubah Ungu Karena ada Acara BTS 'Permission To Dance On Stage'

Pejabat Ukraina telah mendesak warga sipil di timur untuk mengungsi. Pada hari Jumat, para pejabat mengatakan lebih dari 50 orang tewas dalam serangan rudal Rusia.

Ini terjadi di sebuah stasiun kereta api di kota Kramatorsk, wilayah Donetsk, tempat ribuan orang berkumpul untuk mengungsi.

Invasi Rusia, yang dimulai pada 24 Februari, telah memaksa sekitar seperempat dari populasi Ukraina yang berjumlah 44 juta meninggalkan rumah mereka.

Baca Juga: Jadwal Pasar Tani dan Bazar Ramadhan di Plaza Lebak

Serangan Rusia akhirnya mengubah banyak kota menjadi puing-puing dan membunuh atau melukai ribuan orang.

Korban sipil telah memicu gelombang kecaman internasional, khususnya atas kematian di kota Bucha, sebuah kota di barat laut Kyiv, yang sampai pekan lalu diduduki oleh pasukan Rusia.

"Kami tidak akan pernah melupakan semua yang kami lihat di sini, ini akan tetap bersama kami sepanjang hidup kami," kata Bohdan Zubchuk, seorang polisi komunitas di kota itu.

Baca Juga: Menteri Tenaga Kerja: THR Harus Diberikan Secara Kontan

Meski demikian, Rusia membantah menargetkan warga sipil dalam apa yang disebutnya "operasi khusus" untuk demiliterisasi dan "denazifikasi" bagi negara tetangga di selatannya itu.

Ukraina dan negara-negara Barat telah menolak ini sebagai dalih tak berdasar untuk perang.

Johnson mentweet bahwa dia bertemu Zelenskiy untuk menyiapkan paket bantuan keuangan dan militer untuk menunjukkan "komitmen kami terhadap perjuangan negaranya melawan kampanye biadab Rusia."***

Editor: Dwi Christianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah