Dikatakan bahwa hubungan Rusia dengan rekan senegaranya di luar negeri memungkinkannya untuk "memperkuat di panggung internasional citranya, sebagai negara demokratis yang berjuang untuk menciptakan dunia multi-kutub."
Baca Juga: Roket Rusia Hantam Kota Ukraina saat Hari Kemerdekaan, 22 tewas dan Staisun Porak Poranda
Selama bertahun-tahun Vladimir Putin menyoroti apa yang dilihatnya sebagai nasib tragis sekitar 25 juta etnis Rusia yang tinggal di luar Rusia.
Mereka tinggal di negara-negara yang baru merdeka ketika Uni Soviet runtuh pada 1991, sebuah peristiwa yang disebutnya sebagai bencana geopolitik.
Rusia terus menganggap ruang bekas Soviet, dari Baltik hingga Asia Tengah, sebagai wilayah pengaruhnya yang sah.
Baca Juga: Uni Eropa Berencana Membangun Armada Pemadam Kebakaran Lebih Cepat, Setelah Musim Panas Ekstrim
Gagasan Vladimir Putin ini, dikutip PortalLebak.com dari Reuters ditentang keras oleh banyak negara tersebut dan juga oleh Barat.
Kebijakan baru mengatakan Rusia harus meningkatkan kerja sama dengan negara-negara Slavia, Cina, dan India, dan lebih memperkuat hubungannya dengan Timur Tengah, Amerika Latin, dan Afrika.
Dikatakan Moskow harus lebih memperdalam hubungannya dengan Abkhazia dan Ossetia, dua wilayah Georgia yang diakui merdeka oleh Moskow setelah perangnya melawan Georgia pada 2008.
Baca Juga: Balas Dendam Tiga Penyihir Jahat Terjadi Akhir September Mendatang dalam 'Hocus Pocus 2'