PORTAL LEBAK - Seorang warga Zaporozhye, Ukraina, ditangkap Keamanan Rusia karena memata-matai militer Rusia dan mengirim informasi setiap pergerakan militer Rusia kepada militer Ukraina.
Unit Garda Nasional Rusia menahan seorang warga sipil berjenis kelamin pria yang dianggap bekerja untuk membantu SBU, yaitu Layanan Keamanan Ukraina termasuk unsur intelijen di dalamnya.
Pekerjaan spionase tersebut ternyata memang dilakukan atas dasar keterpaksaan. Pria tersebut mengaku tak bisa menolak saat diberi imbalan uang.
Dilansir PortalLebak.com dari KP.RU, hal ini dikarenakan warga Zaporozhye banyak dalam situasi ekonomi yang terbilang sulit, sehingga sangat besar kemungkinan mereka menerima tawaran pengintaian yang ditugaskan Intelijen Ukraina.
"Saya ditawari untuk mendapatkan uang tambahan dan membantu Angkatan Bersenjata Ukraina. Membantu intelijen Ukraina," kata informan SBU itu dalam video interogasi yang dirilis di YouTube Garda Nasional Rusia, dikutip pada 13 Oktober 2022.
Pria yang tak disebutkan namanya itu mengaku harus merinci setiap detil militer Rusia, di mana kantor komandan, di mana lokasi gudang, sampai merinci setiap logistiknya.
Baca Juga: Ukraina Bersumpah Perkuat Angkatan Bersenjatanya, Setelah Serangan Udara Rudal Rusia
"Dia mengumpulkan informasi tentang pasukan Rusia, fasilitas infrastruktur sipil, dan situasi di salah satu pemukiman," Komentar Garda Nasional pada sebuah rekaman.
Tugas atas instruksi intelijen Ukraina itu telah dia lakukan selama beberapa bulan saat militer Rusia melakukan agresi militernya.
Penyelidikan awal pihak Keamanan Nasional Rusia menyebut, intelijen Ukraina mengambil keuntungan dari kondisi finansial pria tersebut.
Baca Juga: GTA Projects MoU dengan Pengusaha Pakistan, Kerjasama Bangun Pariwisata Indonesia dan Pakistan
Adanya warga sipil Ukraina yang dipekerjakan oleh Intelijen Ukraina makin banyak terungkap setelah kemarin FSB (Badan Keamanan Federal Rusia) menangkap 8 warga sipil terkait teror bom di Jembatan Krimea.
Kedelapan warga sipil itu diantaranya lima warga Rusia, serta tiga warga Ukraina dan Armenia.***