Dia ungkapkan sambil menambahkan sedikit uang yang dia hasilkan dari tokonya tidak lagi cukup untuk bahan bakar.
"Anak-anak bangun dari kedinginan dan menangis di malam hari sampai pagi. Mereka semua sakit.
Sejauh ini, kami belum menerima bantuan apa pun dan sebagian besar waktu kami tidak memiliki cukup roti untuk dimakan."
Selama kunjungan ke Kabul minggu ini, kepala bantuan PBB Martin Griffiths mengatakan badan dunia sedang mencari pengecualian untuk larangan sebagian besar pekerja bantuan perempuan.
Padahal mereka datang pada salah satu waktu yang paling rentan, bagi banyak warga Afghanistan yang kedinginan.
Baca Juga: Gunung Anak Krakatau Kembali Erupsi, Empat Kali Muntahkan Lava dan Abu Vulkanik
"Musim dingin di Afghanistan, seperti yang diketahui semua orang di Afghanistan adalah pembawa pesan malapetaka," kata Griffiths kepada Reuters.
"Kondisi bagi begitu banyak keluarga di Afghanistan saat kita melewati bertahun-tahun kebutuhan kemanusiaan ini, kita melihat beberapa konsekuensi hilangnya nyawa," paparnya.***