Negara Afghanistan Hadapi Pergulatan Ekonomi dan Geopolitik Berat

- 4 September 2021, 20:17 WIB
Suasana negara Afghanistan yang hadapi pergulatan ekonomi  dan geopolitik berat, bahkan disebut 'negara gagal' karena perekonomian yang sangat lemah. Insert Peneliti INDEF M. Zulfikar Rahmat (atas) dan Direktur Paramadina Graduate School of Diplomacy Shiskha Prabawaningtyas (bawah).
Suasana negara Afghanistan yang hadapi pergulatan ekonomi dan geopolitik berat, bahkan disebut 'negara gagal' karena perekonomian yang sangat lemah. Insert Peneliti INDEF M. Zulfikar Rahmat (atas) dan Direktur Paramadina Graduate School of Diplomacy Shiskha Prabawaningtyas (bawah). /Foto: Reuters dan kompilasi/Univ. Paramadina /



PORTAL LEBAK - Kondisi warga negara Afghanistan saat ini menderita dan mengalami kemiskinan, karena 50 persen warganya hidup di bawah garis kemiskinan.

Peneliti INDEF M. Zulfikar Rahmat mengungkapkan hal ini dalam diskusi publik virtual tentang 'Masa Depan dan Kesinambungan Failed State (negara gagal) Afghanistan'.

Diskusi ini meruapakan kerja sama antara Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Universitas Paramadina dan Universitas Islam Indonesia (UII).

Baca Juga: Taliban Umumkan 'Perang telah berakhir' Saat Presiden Afghanistan dan Diplomat Melarikan Diri dari Kabul

Hadir juga sebagai Pembicara Direktur Paramadina Graduate School of Diplomacy, Shiskha Prabawaningtyas.

Zulfikar menjelaskan Afghanistan adalah negara yang kerap dilanda perang akibat diintervensi oleh berbagai negara seperti Inggris (1839-1919), Uni Soviet (1979-1989), dan Amerika Serikat (AS) pada 2001-2021.

Sejumlah 5,5 juta penduduk Afghanistan alami kerentanan pangan karena defisit neraca perdagangan mencapai sekitar 30 persen pendapatan kotor negara (GDP).

Baca Juga: Amerika Serikat Pindahkan Staf Kedutaan Kabul ke Bandara, Saat Taliban Memasuki Ibu Kota Afghanistan

Bahkan 80 persen GDP Afghanistan tergantung dari dana bantuan luar negeri. Rangking GDP nya berada di urutan 213 dari 228 negara, dan rangking hutang publik di posisi 202 dari 228 negara.

“Wajar kemudian Afghanistan dijuluki sebagai 'negara gagal'. Sementara kredit sektor swasta hanya mencapai 3 persen dari GDP, namun belanja keamanan mencapai 28 % dari GDP pada 2019.” Ujar Zulfikar.

Halaman:

Editor: Dwi Christianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x