Kisah Tukang Pijat Tunanetra Berumur 84 Tahun Bertahan Hidup di Tengah Pandemi Covid-19

30 Maret 2021, 15:41 WIB
Mbah Lassa, tukang pijat tunanetra bertahan hidup di tengah Covid-19 /kitabisa.com/

PORTAL LEBAK - Pandemi virus Corona memang sangat meresahkan bagi semua orang terutama dampak negatif bagi kesehatan yang ditimbulkan jika tertular virus tersebut.

Akan tetapi dampak lain yang besar pengaruhnya, yang ditimbulkan dari Covid-19 adalah terhambatnya roda perekonomian masyarakat, terutama yang berhubungan dengan pelayanan masyarakat.

Meski beberapa sektor dapat melakukan inovasi agar usahanya tetap berjalan, namun ada juga yang terpaksa menerima keadaan karena tak dapat beradaptasi dengan masalah yang baru ini.

Baca Juga: Unggah Pertanyaan Tak Senonoh Mengenai Aksi Teror di Gereja Katedral Makassar, Akun Ini Dipenuhi Netizen

Baca Juga: Setelah Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Makassar, Polisi Tangkap Terduga Teroris

Seperti seorang kakek berumur 84 tahun yang sering dipanggil Mbah Lassa ini. Ia berprofesi sebagai tukang pijat, dimana profesinya saat ini kesulitan membantunya bertahan hidup di tengah pandemi Covid-19.

Mbah Lassa memiliki keterbatasan pada penglihatannya. Dari kisah yang dibagikan oleh kitabisa.com, Mbah Lassa tertatih menjalani hari-harinya yang gelap sebagai tunanetra sejak usia sekolah dasar. Kesulitan bertambah terasa ketika dia terpaksa harus hidup sebatang kara sejak 28 tahun yang lalu, sepeninggal istrinya dan tanpa mempunyai anak kandung.

Profesi sebagai tukang pijat inilah yang kesulitan untuk beradaptasi saat pandemi Covid-19 sekarang. Karena pandemi, omzet Mbah Lassa pun akhirnya menurun, tak ada lagi yang memakai jasanya, sehingga untuk makan sehari-hari Mbah Lassa hanya menunggu pemberian tetangganya.

Baca Juga: Saham Klub Sepak Bola Persis Solo Berencana Dibagikan Kepada Masyarakat

Baca Juga: Kebakaran Kilang Balongan, Pertamina Fokus Padamkan Kobaran Api

Kalau pun ada permintaan untuk memijat, Mbah Lassa hanya menerima seikhlasnya yang paling besar hanya Rp30.000 dalam waktu 1 jam.

"Kalau yang pijat kasih seikhlasnya, paling Rp30 ribu, saya pijat satu jam lebih. Saya juga bisa urut keseleo. Tapi sejak ada virus Corona jarang ada yang pijet. Seminggu datang satu sudah syukur," kata Mbah Lassa, seperti yang dikutip PortalLebak.com dari Siaga Peduli pada 30 Maret 2021.

Mbah Lassa sangat merindukan suasana Natal dari tahun ke tahun yang dia lewati dengan kesendirian, tanpa pohon natal, kado ataupun makanan lezat. Hal bahagia yang dapat ia lakukan adalah berdoa dan menaikan pujian sepanjang hari.

Baca Juga: Dirut Bio Farma Akui Impor Bahan Baku Vaksin Dapat Dorong Indonesia Produksi Vaksin Covid-19 Sendiri

Baca Juga: Uji Kompetensi Wartawan PRMN, Luluskan 15 Wartawan Bersertifikasi

Meski hidupnya sulit dan serba terbatas, Mbah Lassa tak pernah absen untuk pergi beribadah ke gereja setiap Minggu, karena hanya ke gereja lah yang sangat ingin ia lakukan.

Untuk pergi beribadah Minggu pun ada hambatannya. Terkadang ia minta diantar tetangga untuk pergi ke gereja jika tak punya cukup uang, kalau pun ada cukup uang untuk menyewa becak, ia harus merelakan uang receh yang dimilikinya.

Saat ini keinginan Mbah Lassa bukanlah cukup materi, justru ia ingin punya tenaga dan uang yang bisa dibagikan dan dimanfaatkan orang lai, terutama para tetangganya yang sampai saat ini masih membantu dia bertahan hidup.***

Editor: Jefry Agustinus Alexander B

Tags

Terkini

Terpopuler