Jalan Rusak Parah di Desa Mekarjaya Panggarangan Lebak, masyarakat: Sakit pun Harus Ditandu Pakai Sarung

- 11 Oktober 2023, 08:00 WIB
Baca Juga: PBNU Buat 7 Serukan Konflik Israel-Palestina: Warga NU laksanakan salat gaib dan salat berjamaah
Baca Juga: PBNU Buat 7 Serukan Konflik Israel-Palestina: Warga NU laksanakan salat gaib dan salat berjamaah /Foto: Portal Lebak/Muhamad Ridwan/


PORTAL LEBAK — Warga Desa Mekarjaya, Kecamatan Panggarangan, Kabupaten Lebak, Banten, mengeluh karena tempat tinggal mereka, belum pernah tersentuh pembangunan prasarana jalan yang layak untuk dilintasi.

Menurut info yang dihimpun PortalLebak.com, jika ada warga yang sakit dan memerlukan perawatan ke Puskesmas Panggarangan, terpaksa ditandu atau yang sakit dimasukan ke dalam sarung lalu di gotong bersama warga secara bergantian.

Begitupun jika mengangkut hasil pertanian atau perkebunan, warga harus memikulnya menuju jalan raya Malingping–Cikotok, sejauh 10 kilometer.

Baca Juga: Perbaikan Jalan Rusak Sudah Habis Rp1 M Belum Selesai, Anggota Dewan Lebak: Serius Nggak Sih Perbaiki

Selain itu jika ada uang lebih, untuk menuju jalan nasional III (Malingping-Bayah), masyarakat terpaksa menggunakan jasa ojek menuju Desa Sindangratu, namun harus ditebus dengan biaya transfortasi yang amat mahal Rp50 ribu – Rp75 ribu.

Warga juga terbiasa menggunakan jasa ojek melintasi Jalan Kampung Astana - Kampung Jatake – Naringgul – Sukajaya – Bayah (Jalan Raya Cikotok), dengan jarak lebih jauh sekitar 15 km.

Pasalnya, melewati perkampungan ini, warga menilai kondisi jalan lumayan dapat dilalui kendaraan roda empat, dari Kampung Jatake hingga Sukajaya.

Baca Juga: Keluhkan Debu dan Jalan Rusak, Warga Bayah Adukan PT Cemindo Gemilang ke Komnas HAM RI

Keluh kesah warga: Kami serasa belum merdeka

Selebihnya terpaksa menggunaan ojek roda dua yang harus ditebus dengan ongkos Rp 50 ribu – Rp 90 ribu ditambah dengan rasa 'sakit pinggang', karena melintasi batu terjal dan jalan tanjakan/turunan curam.

“Kami merasa hidup belum merdeka. Merdeka dari keterbelakangan, pendidikan, dan kemiskinan, akibat belum ada prasarana jalan yang memadai,” kata Mang Ata (50), Abah Rusdi (70), Mang Dindin (40) dan puluhan warga Kampung Pasir Tangkil, Desa Mekarjaya, kepada awak media, yang menyambangi desa ini, hari Ahad sore 8 Oktober 2023.

Saat hendak menuju Desa Mekarjaya, yang berpenduduk 4.582 jiwa melalui rute Sukajaya – PasirTangkil menggunakan jasa ojek. Tiba di Kampung Jatake, sekitar pukul 16.35 WIB dan hujan turun cukup deras.

Baca Juga: Kejuaraan E-Sport: Thorrad berhasil meraih gelar juara Free Fire Master League atau FFML season 8

Hujan deras, nampaknya membuat warga senang, karena sudah lama tak turun hujan sekalipun jalan ke perkampungan mereka akan semain sulit untuk dilalui, karena licin dan terjal. Tapi, warga tetap bersyukur, turunnya hujan membuat tanaman mereka tersiram.

Kisah Sedih Perjuangan Ibu Hamil  

Mang Ata sebagai Ketua Gapoktan Desa Mekarjaya, menyebut dirinya merasa sedih akibat belum tersedianya prasarana jalan yang memadai. Sekitar pertengahan Oktober 2023 atau sekitar dua minggu lalu, istrinya akan melahirkan dan harus ditandu menggunakan sarung oleh warga untuk menuju Puskesmas Panggarangan.

Karena sulitnya jalan, istrinya yang akan melahirkan harus di gotong dan tiba di Puskesmas Panggarangan jam 21.30 WIB malam. Setelah melewati perjuangan berat, isteri Mang Ata, selamat melahirkan seorang bayi perempuan sekitar pukul 01.30 WIB dini hari.

Baca Juga: PBNU Buat 7 Serukan Konflik Israel-Palestina: Warga NU laksanakan salat gaib dan salat berjamaah

Sementara itu, Mang Ata dan Dindin mengungkapkan, potensi sumber daya alam Desa Mekarjaya dan sekitarnya, cukup bagus. Desa di wilayah bukit ini dikenal sebagai penghasil pertanian padi, kelapa, melinjo, jengkol pisang dan karet.

Menuju jalan raya Bayah dari Kampung Pasir Tangkil lebih dekat melalui Kampung Ciijo, Desa Situregen. Tapi, terkendala oleh jembatan kali Cimancak yang ambrol, akibat banjir pada awal tahun 2022 lalu.

“Masyarakat sudah bergotong royong iuran duit semampunya untuk membangun badan jembatan, tapi baru mampu membangun badan jembatan/beton sebelah. Badan jembatan yang sebelah lagi (Kamp. Ciijo-Red) belum terbangun, karena belum ada dana,” ujar Mang Ata.***

Editor: Dwi Christianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah