Surplus Neraca Perdagangan Republik Indonesia Tertinggi Dalam 15 Tahun Terakhir, Ini Penyebabnya

- 19 Januari 2022, 07:47 WIB
Pedagang menata barang jualannya di Pasar Madyopuro yang telah selesai direvitalisasi di Malang, Jawa Timur, Kamis (13/1/2022). Kementerian Perdagangan berupaya mendukung percepatan revitalisasi 5.000 unit pasar rakyat untuk dapat meningkatkan daya saing, kesejahteraan pedagang melalui peningkatan omzet dan memudahkan akses transaksi jual beli.
Pedagang menata barang jualannya di Pasar Madyopuro yang telah selesai direvitalisasi di Malang, Jawa Timur, Kamis (13/1/2022). Kementerian Perdagangan berupaya mendukung percepatan revitalisasi 5.000 unit pasar rakyat untuk dapat meningkatkan daya saing, kesejahteraan pedagang melalui peningkatan omzet dan memudahkan akses transaksi jual beli. /Foto: ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/rwa./

PORTAL LEBAK - Sepanjang 2021, surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai 35,34 miliar Dolar Amerika Serikat (AS), merupakan rekor tertinggi sejak 2006 atau 15 tahun terakhir.

Berdasarkan data pemerintah, pada saat itu nilai surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai 39,37 miliar Dolar AS.

Pasalnya, Sinergi ekspor dan impor Indonesia tahun 2021 ditutup dengan pencapaian positif pada neraca perdagangan di tanah air.

Baca Juga: Rangkasbitung Terhubung Tol Langsung ke Jakarta, Iti Octavia: Bisa Dongkrak Perekonomian Lebak

Contohnya pada bulan Desember 2021, neraca perdagangan Indonesia kembali meraih surplus senilai 1,02 miliar Dolar AS.

Otomatis kondisi ini menyebabkan tren surplus kembali selalu dipertahankan sejak Mei tahun 2020 atau selama 20 bulan berturut-turut, di tengah berbagai ketidakpastian global.

“Indonesia tetap mampu mencatatkan performa impresif pada neraca perdagangan. Kinerja ini akan meningkatkan resiliensi sektor eksternal Indonesia," papar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Ekon) Airlangga Hartarto, dikutip PortalLebak.com dari laman Kemenko Ekon, Selasa 18 Januari 2022.

Baca Juga: Pulihkan Perekonomian, Kota Cilegon Terapkan Car Free Day Mulai Minggu 5 September 2021

"Kondisi membuat Indonesia semakin kuat menghadapi berbagai tantangan yang diperkirakan masih berlanjut di tahun ini,” tambahnya.

Kinerja surplus neraca perdagangan selama 2021 dibukukan dari nilai ekspor yang menyentuh angka 231,54 miliar Dolar AS atau tumbuh double digit senilai 41,88 persen (year-on-year atau yoy).

Selain itu ada hilirisasi komoditas unggulan, seperti turunan produk crude palm oil (CPO), yang mampu menguatkan eksistensi ekspor Indonesia.

Baca Juga: Tukar Kode Redeem PUBG Mobile 19 Januari 2022, Klaim Hadiah Skin dan Senjata Kalian

Ini tercermin dari ekspor komoditas lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) pada 2021 yang meraih angka 32,83 miliar Dolar AS atau naik 58,48 persen (yoy).

Selain CPO, hilirisasi komoditas nikel mampu menguatkan kinerja ekspor Indonesia, dengan pertumbuhan ekspor komoditas nikel dan barang daripadanya (HS 75) tumbuh 58,89 persen (yoy) senilai 1,28 miliar Dolar AS.

Selanjutnya, 10 besar komoditas utama ekspor terus bertumbuh, seperti komoditas bijih logam, terak, dan abu (HS 26) naik 96,32 persen (yoy) sebesar 6,35 miliar Dolar AS.

Baca Juga: Ambil Kode Redeem Genshin Impact 19 Januari 2022 Terbaru, KLAIM Segera Hadiahnya

Termasuk diantaranya ekspor komoditas besi dan baja (HS 72) yang juga meroket hingga 92,88 persen (yoy) menjadi sebesar 20,95 miliar Dolar AS.

“Pencapaian ini mengindikasikan pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut. Tercermin pula dari meningkatnya penciptaan nilai tambah pada sektor manufaktur," pungkas Arilangga.

"Terbukti secara kumulatif, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan pada Januari – Desember tahun 2021 naik 35,11 persen (yoy) jadi senilai 177,11 miliar Dolar AS,” imbuhnya.

Baca Juga: Minta Kajati Bicara Bahasa Sunda Dipecat, Arteria Dahlan Disentil Ridwan Kamil

Menko Airlangga juga mengungkapkan level Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia bertengger pada area berkembang yaitu 53,5 pada Desember 2021, terus mengikuti level ekspansi yang terjadi empat bulan berturut-turut.

Level PMI Indonesia pada Desember 2021, lebih baik dibandingkan dibandingkan beberapa negara ASEAN, seperti Malaysia (52,8), Vietnam (52,5), Filipina (51,8), Thailand (49,5), serta Myanmar (49,0).

Sementara itu, penurunan kasus Covid-19 yang konsisten beberapa bulan terakhir tahun 2021, mengakibatkan pemerintah bisa melonggarkan pembatasan mobilitas.

Baca Juga: Viral Video Arteria Dahlan Minta Pecat Kajati Bicara Sunda di Rapat Komisi DPR Banyak Kecaman Negatif

Alhasil, situasi ini melancarkan aktivitas perekonomian dan mendorong kenaikan pada aggregate demand.

Sehingga sektor manufaktur juga terpicu dan dapat menaikkan luaran produksinya. Namun pemerintah tetap mewaspadai fenomena peningkatan varian Omicron yang diperkirakan mencapai puncaknya di akhir Januari atau awal Februari 2022.

Peningkatan ekspor sejalan dengan peningkatan impor Indonesia pada 2021, menjadi senilai 196,20 miliar Dolar AS atau tumbuh 38,59 persen (yoy).

Baca Juga: Wilayah Tonga Tertutup Abu Vulkanik, Pesawat Militer Selandia Baru Putar Balik Karena Tak Bisa Mendarat

Dominasi atas struktur impor Indonesia yakni di impor golongan bahan baku dan penolong senilai 147,38 miliar Dolar AS (75,12 persen dari total impor).

Selanjutnya, impor barang modal 28,63 miliar Dolar AS (14,59 persen total impor), serta impor barang konsumsi 20,18 miliar Dolar AS (10,29 persen total impor).

Struktur ini mengisyaratkan perekonomian Indonesia tumbuh produktif dengan penciptaan nilai tambah lebih besar, di kebutuhan domestik dan diekspor kembali.

Baca Juga: Berapa Episode Series Layangan Putus di WeTV? Berikut Jadwal dan Jam Tayang Lengkap

“Kinerja positif perekonomian tahun 2021 akan terus dipertahankan pemerintah melalui upaya optimalisasi kebijakan, khususnya dengan mendorong makin banyaknya ekspor komoditas bernilai tambah,” tutup Menko Ekon Airlangga Hartarto.***

Editor: Dwi Christianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah