Rusia Ultimatum: Menyerah atau Berakhir Mati, Tapi Ukraina Minta Pembicaraan Untuk Evakuasi Warga Mariupol

21 April 2022, 09:00 WIB
Pemandangan menunjukkan bangunan yang rusak dengan pabrik Azovstal Iron and Steel Works sebagai latar belakang, selama konflik Ukraina-Rusia di kota pelabuhan selatan Mariupol, Ukraina 19 April 2022. /Foto: REUTERS/ALEXANDER ERMOCHENKO/

PORTAL LEBAK - Pemerintah Ukraina mengusulkan pembicaraan dengan Moskow mengenai evakuasi pasukan dan warga sipil dari Mariupol.

Ini setelah ultimatum Rusia menyerah-atau-mati berakhir pada Rabu 20 April 2022, sebabkan banyak orang terjebak di pabrik baja, benteng utama perlawanan terakhir Mariupol.

Beberapa lusin warga sipil berhasil meninggalkan pelabuhan tenggara yang penting secara strategis dengan konvoi bus kecil.

Baca Juga: Tidak Ada Perjanjian Gencatan Senjata, Serangan Rusia ke Ukraina berlanjut di Kharkiv

Saksi mata menyatakan kepada Reuters dan dikutip PortalLebak.com, banyak yang melarikan diri dari pertempuran paling sengit dalam perang yang berlangsung hampir delapan minggu.

Seorang komandan marinir Ukraina, Serhiy Volny, mengatakan para pejuang di sana mungkin tidak dapat bertahan lebih lama lagi.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan sekitar 1.000 warga sipil juga berlindung di pabrik baja.

Baca Juga: Pemerintah Ukraina: Pertempuran Sengit dengan Rusia Berkecamuk di Sekitar Pabrik Baja Mariupol

"Ukraina siap untuk "putaran negosiasi khusus" tanpa syarat "untuk menyelamatkan orang-orang kami," ungkap negosiator Ukraina Mykhailo Podolyak.

"Mereka yakni Azov (batalyon), militer, warga sipil, anak-anak, yang hidup dan yang terluka," paparnya.

Pejuang tetap bersembunyi di pabrik dan mengabaikan ultimatum Rusia untuk menyerah.

Baca Juga: Perang Ukraina Dibahas Saat Kebaktian Jumat Agung oleh Paus

David Arakhamia, negosiator kedua, melalui posting online menyatakan dia dan Podolyak terus berhubungan dengan pasukan Ukraina di kota itu.

"Hari ini, dalam percakapan dengan para pembela kota, sebuah proposal diajukan untuk mengadakan negosiasi langsung, di lokasi, tentang evakuasi garnisun militer kami," ujarnya.

"Bagi kami, kami siap untuk tiba untuk negosiasi semacam itu kapan saja segera setelah kami menerima konfirmasi dari pihak Rusia," tambah Arakhamia.

Baca Juga: Dua Gol Lautaro Martinez Bantu Inter Milan Capai Final Copa Italia dan Tenggelamkan AC Milan

Lebih sedikit warga sipil dari yang diharapkan bisa di evakuasi pada hari Rabu, menurut pihak berwenang.

Lebih dari lima juta orang Ukraina telah melarikan diri ke luar negeri sejak Rusia menginvasi pada 24 Februari, serangan terbesar di negara Eropa sejak 1945.

Sejauh ini, Rusia belum merebut kota-kota besar. Namun Ukraina menyatakan telah menahan serangan oleh ribuan tentara Rusia yang berusaha maju.

Baca Juga: Presiden Jokowi: Indonesia Harus Bangun Kemandirian Industri Pertahanan Lewat Defend ID

Pertempuran yang disebut Kyiv sebagai Pertempuran Donbas, kampanye baru untuk merebut dua provinsi timur yang diklaim Moskow atas nama separatis.

Pasukan Rusia telah melakukan serangan terhadap lusinan fasilitas militer di Ukraina timur.

Rusia juga telah menembak jatuh sebuah helikopter Mi-8 Ukraina, di dekat desa Koroviy Yar, kata kementerian pertahanannya.

Baca Juga: Semakin Populer di Industri Perfilman, Jung Ho Yeon Bakal Bintangi film Hollywood Berjudul 'The Governesses'

Pada Rabu, Rusia menggelar uji peluncuran pertama rudal balistik antarbenua Sarmat, strategi baru dan lama ditunggu untuk persenjataan nuklirnya.

"Senjata yang benar-benar unik ini akan ... memberikan bahan pemikiran bagi mereka yang, dalam panasnya retorika agresif yang hiruk pikuk, mencoba mengancam negara kita," kata Presiden Vladimir Putin.

Rusia menyebut serangannya sebagai "operasi militer khusus" untuk demiliterisasi dan "denazifikasi" Ukraina. Kyiv dan sekutu Baratnya menolak itu sebagai dalih palsu.

Baca Juga: Miyeon Tampil Cantik pada Tiga Konsep Foto untuk Mini Album Berjudul 'MY'

Barat telah menanggapi dengan sejumlah sanksi. Amerika Serikat pada hari Rabu memberlakukan pembatasan pada lusinan orang dan entitas Rusia.

Termasuk bank komersial dan perusahaan penambangan mata uang virtual Rusia, yang menargetkan penghindaran aturan yang ada.***

Editor: Dwi Christianto

Tags

Terkini

Terpopuler