Bagaimana Tragedi Perayaan Hallowen di Itaewon Terjadi, Inilah Penyebab Desak-desakan Massa Bisa Jadi Fatal

31 Oktober 2022, 11:40 WIB
Gang Itaewon, tempat terjadinya gelombang kerumunan. /Foto: @koryodynasty/Koreaboo/Twitter/

Penyebab kematian biasanya tidak terinjak-injak.

PORTAL LEBAK - Pemerintah Korea Selatan telah menyatakan memasuki masa berkabung nasional menyusul peristiwa tragedi yang baru-baru ini terjadi di Itaewon, Seoul.

Pada 29 Oktober 2022, kerumunan massa di gang sempit di sebelah landmark Hotel Hamilton, menyebabkan kematian sedikitnya 153 orang dan melukai 82 lainnya, setidaknya 19 di antaranya berada dalam kondisi kritis.

Gelombang kerumunan terjadi ketika sejumlah besar orang mencoba pindah ke ruang yang relatif kecil sekaligus, persis seperti yang terjadi di Itaewon.

Baca Juga: Tragedi Perayaan Halloween di Itaewon Korsel, KBRI: 149 Tewas, Tak ada WNI

Menurut para penyintas dan saksi, dikutip PortalLebak.com dari Koreaboo, terjadinya lonjakan massa adalah “dorongan paksa”, padahal gang di Itaewon cenderung miring.

Kabarnya, orang-orang yang berada di puncak gang mulai mendorong ke bawah, tidak menyadari bahwa mereka yang berada di bawah sedang berjatuhan.

YouTuber Seon Ye Jung mengenang pengalamannya terjebak di tengah keramaian dan diselamatkan oleh temannya.

Baca Juga: Itaewon Class Berencana Dibuat Ulang Versi Jepang, Tayang Perdana Pertengahan Tahun Ini

"Di belakang saya, orang-orang meneriakkan hal-hal seperti 'Dorong! Kami lebih kuat! Kita bisa memenangkan ini, haha!’ ujar Seon Ye Jung, dan massa mulai mendorong.

"Beberapa dari kami mencoba membuat orang banyak mengikuti lalu lintas kanan lagi, tetapi tidak ada gunanya. Sejujurnya aku didorong dan didorong melawan keinginanku," ungkapnya.

Kemudian, tiba-tiba, kekacauan terjadi dan semua orang mulai saling dorong dengan agresif—seperti tarik tambang.

Baca Juga: Bertambah, Korban Meninggal Dunia Tragedi Kanjuruhan Jadi 135 orang

"Tidak butuh waktu lama sebelum saya mulai merasakan kekuatan orang-orang yang mendorong. Penglihatanku mulai memudar," ujarnya.

"Teman saya, yang ada di sana bersama saya, lebih kuat dari saya. Jadi mereka berpegangan pada saya dan membantu saya menahan kekuatan. Seandainya saya tidak bersama teman saya, saya akan benar-benar jatuh," papar Seon Yeo Jung.

Tapi apa yang menyebabkan 153 orang (sampai tulisan ini dibuat) meninggal dunia, setelah jatuh di sebuah gang?

Baca Juga: Gempa Sukabumi, Guncang Dirasakan Sebagian Kawasan di Jawa Barat dan Banten

Dalam kasus seperti itu, seringkali tiap pihak tergoda mengaitkan korban dengan kerusuhan, karena ketika itu terjadi, hampir tidak mungkin bagi mereka yang jatuh untuk melarikan diri dari terinjak-injak.

Padahal, menurut para ahli, Steve Allen, seorang konsultan di Crowd Safety, penyebab utama kematian dalam keramaian sebenarnya adalah mati lemas.

"Ketika terjadi kesalahan adalah ketika kerumunan runtuh dan orang-orang di belakang mereka naik ke atas orang-orang di depan mereka yang sudah horizontal," jelasnya.

Baca Juga: Rusia Nyatakan Mobilisasi Pasukan ke Ukraina Selesai, AS Kirim Lebih Banyak Senjata

Orang-orang ditekan bersama-sama begitu erat sehingga menjadi tidak mungkin untuk bernapas. Bahkan, gaya yang diberikan pada bodi dikabarkan bisa membengkokkan baja.

"Dalam beberapa kasus, orang pingsan dan bahkan mati saat masih berdiri, tubuh mereka ditahan oleh kerumunan orang," nilai Allen.

Menyusul lonjakan kerumunan tragis yang terjadi di Astroworld pada tahun 2021, G. Keith Still, profesor ilmu kerumunan di University of Suffolk di Inggris, menjelaskan apa yang terjadi ketika seseorang secara fatal terjebak dalam lonjakan kerumunan.

Baca Juga: Prabowo Subianto: Wahai Elit Politik, Bersatulah

"Dibutuhkan 30 detik sebelum Anda kehilangan kesadaran, dan sekitar enam menit, Anda mengalami asfiksia kompresif atau restriktif. Itu umumnya penyebab kematian yang dikaitkan - tubuh tidak hancur, tetapi mati lemas," ujar G. Keith Still.

Meskipun kondisi terinjak-injak bisa sangat berbahaya, tapi itu tidak sering menyebabkan banyak korban. Justru ketidakmampuan untuk bernapas diduga menjadi penyebab utama.

Setelah mempelajari kecelakaan tragis serupa lainnya, para ahli telah menyimpulkan bahwa penyebab utama kematian dalam lonjakan massa adalah sesak napas, yaitu ketika tubuh kekurangan oksigen.

Baca Juga: Membuat SIM di Satpas Sim Polres Metro Bekasi, Warga Bisa Latihan Terlebih Dahulu

Di lokasi tragedi Itaewon, orang-orang menderita mati lemas dan serangan jantung, yang pada akhirnya menyebabkan sebagian besar korban.

Ada banyak elemen yang akhirnya menambah hasil tragis di Itaewon, termasuk pencabutan mandat jarak sosial dan kurangnya kontrol massa.

Saat pihak berwenang menyelidiki insiden tersebut, Korea Selatan berharap untuk melihat langkah-langkah keamanan yang lebih kuat diterapkan ke depan.***

Editor: Dwi Christianto

Tags

Terkini

Terpopuler