Menhan Lloyd Austin Akui Operasi Militer Terakhir Tentara AS Dengan Drone Bunuh Warga Sipil

- 22 September 2021, 17:51 WIB
 Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengirim memo kepada pegawai pertahanan pada hari Senin bahwa dia akan meminta persetujuan presiden untuk mewajibkan vaksin COVID-19 mulai pertengahan September.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengirim memo kepada pegawai pertahanan pada hari Senin bahwa dia akan meminta persetujuan presiden untuk mewajibkan vaksin COVID-19 mulai pertengahan September. /UPI/Evelyn Hockstein

Jenderal McKenzie menggambarkan serangan itu sebagai "kesalahan tragis", dan menambahkan bahwa Taliban tidak terlibat dalam intelijen yang menyebabkan serangan dengan drone itu.

Ledakan itu memicu ledakan susulan, yang awalnya dikatakan pejabat AS sebagai bukti bahwa mobil itu memang membawa bahan peledak dan meledak setelah serangan drone.

Baca Juga: Pentagon Rilis Korban Bom Bunuh Diri di Bandara Kabul, Kebanyakan Merupakan Prajurit Muda

Penyelidikan lanjutan soal operasi terakhir tentara AS tersebut menemukan kemungkinan besar bahwa ledakan susulan tadi disebabkan oleh tangki gas propana di jalan bukan bahan peledak seperti disebutkan diawal.

Dalam sebuah pernyataan, Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengakui bahwa Ahmadi tidak ada catatan antara Ahmadi dengan ISIS-K. Dan aktivitas Ahmadi pada waktu itu

“Kami sekarang tahu bahwa tidak ada hubungan antara Ahmadi dan ISIS-Khorasan, bahwa aktivitasnya pada hari itu sama sekali tidak berbahaya dan sama sekali tidak terkait dengan ancaman yang kami yakini akan kami hadapi,"

Baca Juga: Ledakan Bom Bunuh Diri di Bandara Kabul Tewaskan 60 Orang dan 13 Tentara AS, Ancaman Telah Diprediksi Taliban

Salah satu dari mereka yang tewas, Ahmad Naser, pernah menjadi penerjemah pasukan AS. Korban sebelumnya bekerja untuk organisasi internasional dan memegang visa yang memungkinkan mereka masuk ke AS.

Lloyd Austin juga menyampaikan permintaan maafnya atas kesalahan tragis operasi militer tentaranya dalam memburu pelaku perencana bom bunuh diri di bandara Kabul.

"Kami meminta maaf, dan kami akan berusaha untuk belajar dari kesalahan mengerikan ini," ungkap Menhan AS tersebut.***

Halaman:

Editor: Jefry Agustinus Alexander B


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah