Jenderal McKenzie menggambarkan serangan itu sebagai "kesalahan tragis", dan menambahkan bahwa Taliban tidak terlibat dalam intelijen yang menyebabkan serangan dengan drone itu.
Ledakan itu memicu ledakan susulan, yang awalnya dikatakan pejabat AS sebagai bukti bahwa mobil itu memang membawa bahan peledak dan meledak setelah serangan drone.
Baca Juga: Pentagon Rilis Korban Bom Bunuh Diri di Bandara Kabul, Kebanyakan Merupakan Prajurit Muda
Penyelidikan lanjutan soal operasi terakhir tentara AS tersebut menemukan kemungkinan besar bahwa ledakan susulan tadi disebabkan oleh tangki gas propana di jalan bukan bahan peledak seperti disebutkan diawal.
Dalam sebuah pernyataan, Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengakui bahwa Ahmadi tidak ada catatan antara Ahmadi dengan ISIS-K. Dan aktivitas Ahmadi pada waktu itu
“Kami sekarang tahu bahwa tidak ada hubungan antara Ahmadi dan ISIS-Khorasan, bahwa aktivitasnya pada hari itu sama sekali tidak berbahaya dan sama sekali tidak terkait dengan ancaman yang kami yakini akan kami hadapi,"
Salah satu dari mereka yang tewas, Ahmad Naser, pernah menjadi penerjemah pasukan AS. Korban sebelumnya bekerja untuk organisasi internasional dan memegang visa yang memungkinkan mereka masuk ke AS.
Lloyd Austin juga menyampaikan permintaan maafnya atas kesalahan tragis operasi militer tentaranya dalam memburu pelaku perencana bom bunuh diri di bandara Kabul.
"Kami meminta maaf, dan kami akan berusaha untuk belajar dari kesalahan mengerikan ini," ungkap Menhan AS tersebut.***