Pemerintah Ukraina: Pertempuran Sengit dengan Rusia Berkecamuk di Sekitar Pabrik Baja Mariupol

- 16 April 2022, 10:51 WIB
Kapal penjelajah rudal Rusia Moskva ditambatkan di pelabuhan Laut Hitam Ukraina di Sevastopol, Ukraina 10 Mei 2013.
Kapal penjelajah rudal Rusia Moskva ditambatkan di pelabuhan Laut Hitam Ukraina di Sevastopol, Ukraina 10 Mei 2013. /Foto: REUTERS/STRINGER/

PORTAL LEBAK - Pemerintah Ukraina menyatakan pada Jumat 15 April 2022, pihaknya mencoba mematahkan pengepungan pasukan Rusia di Mariupol.

Pertempuran pun berkecamuk di sekitar pabrik baja dan pelabuhan kota Illich, sedangkan ibu kota Kyiv diguncang beberapa ledakan paling kuat, dalam dua minggu.

Rusia mengatakan Kamis malam telah menyerang yang disebutnya, pabrik di Kyiv yang membuat dan memperbaiki rudal anti-kapal.

Baca Juga: Perang Ukraina Dibahas Saat Kebaktian Jumat Agung oleh Paus

Tindakan ini sebagai pembalasan nyata atas tenggelamnya Moskva, kapal utama armada Laut Hitam Moskow, pada hari Kamis 14 April 2022.

Ukraina mengatakan salah satu misilnya telah menyebabkan kapal perang Moskva itu tenggelam.

Ini sekaligus sebagai simbol kuat perlawanannya terhadap musuh yang bersenjata lebih baik.

Baca Juga: Ukraina Menangkis Serangan di Timur, Tapi Rusia Siap Menyerang Untuk Kuasai Mariupol

Tapi Moskow membantah dan menyatakan kapal itu tenggelam saat ditarik di lautan yang dilanda badai setelah kebakaran akibat ledakan amunisi.

Dilansir PortalLebak.com dari Reuters, Amerika Serikat yakin Moskva dihantam oleh dua rudal Ukraina dan ada korban di pihak Rusia.

Meskipun jumlah korbannya tidak jelas, ungkap seorang pejabat senior AS pada hari Jumat, yang berbicara dengan syarat anonim kepada Reuters.

Baca Juga: Dapat Bantuan Inggris, Ukraina Siapkan 'Pertempuran Sengit' Atas Serangan Rusia

Rusia sebelumnya mengatakan lebih dari 500 pelaut di kapal Moskva dievakuasi setelah ledakan itu.

Baik pernyataan itu maupun perkiraan AS tidak dapat diverifikasi secara independen. Mariupol, di Laut Azov, telah menyaksikan pertempuran terburuk dalam perang.

Rumah bagi 400.000 orang sebelum invasi Rusia, telah menjadi puing-puing dalam tujuh minggu pengepungan dan pemboman, dengan puluhan ribu masih terperangkap di dalamnya.

Baca Juga: Warga Palestina Bentrok Dengan Polisi Israel di Kompleks Masjid Al Aqsa, 152 Terluka

Ribuan warga sipil tewas di sana. Dan situasi di Mariupol sulit dan sulit karena pertempuran sedang terjadi sekarang.

"Tentara Rusia terus-menerus memanggil unit tambahan untuk menyerbu kota," kata juru bicara kementerian pertahanan Ukraina, Oleksandr Motuzyanyk.

"Tapi sampai sekarang Rusia belum berhasil menangkapnya sepenuhnya," katanya dalam briefing yang disiarkan televisi.

Baca Juga: Tudingan AS Ada Pelanggaran HAM di Aplikasi PeduliLindungi Dibantah Mekopolhukam Mahfud MD

Motuzyanyk mengatakan Rusia telah menggunakan pembom jarak jauh untuk menyerang Mariupol untuk pertama kalinya sejak invasi 24 Februari 2022.

Di tempat lain, pasukan Rusia memusatkan upaya untuk merebut kota Rubizhne dan Popasna di timur Ukraina.

Moskow mengatakan tujuan perang utamanya adalah untuk merebut Donbas, wilayah timur dua provinsi yang sebagian sudah dikuasai oleh separatis yang didukung Rusia, setelah pasukan invasinya diusir dari pinggiran Kyiv awal bulan ini.

Baca Juga: Twitter Ambil Langkah 'Pil Racun' Untuk Melawan Pengambilalihan oleh Pengusaha Elon Musk

Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk mengatakan bahwa 2.864 orang telah dievakuasi dari daerah konflik pada hari Jumat, termasuk 363 orang dari Mariupol yang menggunakan transportasi mereka sendiri.

Mariupol adalah target utama Rusia di Donbas dan Moskow mengatakan pihaknya berharap untuk segera merebutnya, yang akan menjadikannya satu-satunya kota besar yang telah direbutnya sejauh ini.

Kementerian pertahanan Rusia mengatakan telah menguasai pabrik baja Illich. Laporan tersebut tidak dapat dikonfirmasi oleh Reuters.

Baca Juga: Seorang ARMY Viral Soal Tantangan Bertanding Tinju Lawan Jungkook BTS, Dan Begini Reaksi Para Anggota BTS

Pasukan pembela Ukraina sebagian besar diyakini bertahan di Azovstal, pabrik baja besar lainnya.

Kedua pabrik tersebut dimiliki oleh Metinvest - kerajaan pengusaha terkaya Ukraina dan tulang punggung timur industri di Ukraina.

Metinvest menyatakan ke Reuters pada Jumat, bahwa mereka tidak akan pernah membiarkan perusahaannya beroperasi, di bawah pendudukan Rusia.***

Editor: Dwi Christianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah