PORTAL LEBAK - Pria yang dituduh melepaskan tembakan pada parade 4 Juli 2022, di Chicago didakwa pada Selasa, 5 Juli 2022 dengan tujuh tuduhan pembunuhan.
Polisi mengungkapkan mereka telah melaporkannya sebagai "bahaya yang nyata dan terkini" setelah dugaan ancaman terhadap keluarganya pada tahun 2019 lalu.
Robert E. Crimo III (21), diduga menembak korbannya dari tempat penembak jitu di atap, di atas parade di pinggiran Highland Park, Illinois, Amerika Serikat.
Baca Juga: Beberapa Terkena Tembakan, Satu Pelaku Ditangkap Polisi di Mal Kopenhagen Denmark
Dia menghadapi hukuman penjara seumur hidup tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat jika terbukti bersalah, kata pengacara negara bagian Illinois, Eric Reinhart.
Reinhart menyatakan kepada Reuters yang dikutip PortalLebak.com, tuduhan pembunuhan tingkat pertama akan diikuti oleh "puluhan tuduhan lagi".
Reinhard akan meminta agar Crimo tetap ditahan tanpa jaminan pada penampilan pengadilan pertama tersangka, yang dijadwalkan Rabu.
Dilansir PortalLebak.com dari Reuters, tidak segera jelas apakah Crimo memiliki pengacara. Crimo merencanakan serangan itu berminggu-minggu, kata para pejabat keamanan.
Mereka mengatakan dia menembakkan lebih dari 70 peluru secara acak ke kerumunan yang menonton parade hari Senin 4 Juli 2022.
Crimo pun mengenakan pakaian wanita untuk membantu menyembunyikan identitasnya dan berbaur dengan kerumunan yang panik, saat dia melarikan diri.
Baca Juga: Jaksa Amerika Serikat: Penyanyi R&B R Kelly Pantas Dihukum Lebih dari 25 Tahun Penjara
"Dia berbaur dengan orang lain saat mereka berlarian, hampir seolah-olah dia adalah penonton yang tidak bersalah juga," kata Sersan Chris Covelli, juru bicara kantor Sheriff Lake County.
Selain itu Covelli menambahkan bahwa tersangka memiliki tato wajah yang khas.
Selain tujuh korban tewas akibat tembakan, lebih dari tiga lusin orang dirawat di rumah sakit karena luka tembak dan cedera lainnya.
Covelli mengatakan Crimo memiliki 2 kasus sebelumnya dengan penegak hukum - panggilan darurat - 911 pada April 2019.
Panggilan itu melaporkan Crimo mencoba bunuh diri dan satu lagi bulan September tahun 2019, soal dugaan ancaman "untuk membunuh semua orang" yang diarahkan ke anggota keluarga.
Polisi yang menanggapi insiden kedua menyita koleksi 16 pisau, belati dan pedang yang dikumpulkan oleh Crimo di rumahnya.
Baca Juga: Rokok Elektrik Juul Sementara Dilarang Beredar Setelah Keluar Perintah FDA Amerika Serikat
Meskipun tidak ada penangkapan yang dilakukan karena pihak berwenang pada saat itu tidak memiliki kemungkinan alasan untuk menahannya, kata Covelli.
"Tidak ada keluhan yang ditandatangani oleh salah satu korban," kata Covelli.
Tetapi sistem "bendera merah" negara bagian diterapkan, yang dirancang untuk memungkinkan polisi mencari perintah pengadilan.
Tujuannya untuk menyita senjata dari orang-orang yang dianggap membahayakan diri mereka sendiri atau orang lain, tampaknya telah rusak.
Baca Juga: Pembentuk Alam Semesta, Para Ilmuwan CERN Amati 3 Partikel Eksotis Untuk Pertama Kalinya
Penembakan itu terjadi di lingkungan dengan populasi Yahudi yang besar, tetapi polisi tidak memiliki bukti langsung tentang basis anti-Semit atau rasis.
Penyelidik sedang meninjau video yang diposting Crimo di media sosial yang berisi gambar kekerasan.
Tersangka menggunakan senapan bertenaga tinggi untuk menyerang, mirip dengan AR-15, yang dijatuhkan di tempat kejadian.
Baca Juga: Plt Bupati Bogor Hadiri Pelantikan DPK KNPI se-Kabupaten Bogor, Berikut Amanatnya
Dia memiliki senapan serupa di mobil ibunya, yang dikendarai saat polisi menahannya, dan memiliki senjata lain, semuanya dibeli secara legal di Illinois.
Secara keseluruhan, Crimo telah membeli lima senjata api, termasuk senapan dan pistol yang digunakannya dalam tindak kejahatan.***