"Di belakang saya, orang-orang meneriakkan hal-hal seperti 'Dorong! Kami lebih kuat! Kita bisa memenangkan ini, haha!’ ujar Seon Ye Jung, dan massa mulai mendorong.
"Beberapa dari kami mencoba membuat orang banyak mengikuti lalu lintas kanan lagi, tetapi tidak ada gunanya. Sejujurnya aku didorong dan didorong melawan keinginanku," ungkapnya.
Kemudian, tiba-tiba, kekacauan terjadi dan semua orang mulai saling dorong dengan agresif—seperti tarik tambang.
Baca Juga: Bertambah, Korban Meninggal Dunia Tragedi Kanjuruhan Jadi 135 orang
"Tidak butuh waktu lama sebelum saya mulai merasakan kekuatan orang-orang yang mendorong. Penglihatanku mulai memudar," ujarnya.
"Teman saya, yang ada di sana bersama saya, lebih kuat dari saya. Jadi mereka berpegangan pada saya dan membantu saya menahan kekuatan. Seandainya saya tidak bersama teman saya, saya akan benar-benar jatuh," papar Seon Yeo Jung.
Tapi apa yang menyebabkan 153 orang (sampai tulisan ini dibuat) meninggal dunia, setelah jatuh di sebuah gang?
Baca Juga: Gempa Sukabumi, Guncang Dirasakan Sebagian Kawasan di Jawa Barat dan Banten
Dalam kasus seperti itu, seringkali tiap pihak tergoda mengaitkan korban dengan kerusuhan, karena ketika itu terjadi, hampir tidak mungkin bagi mereka yang jatuh untuk melarikan diri dari terinjak-injak.
Padahal, menurut para ahli, Steve Allen, seorang konsultan di Crowd Safety, penyebab utama kematian dalam keramaian sebenarnya adalah mati lemas.