Buronan militer Israel itu turut membantu pembentukan Brigade Izz al-Din al-Qassam, dan sekaligus menjadi wakil pemimpin sebuah cabang pasukan militer Hamas yang berbasis di Tepi Barat.
Statusnya yang dianggap Israel adalah sosok penting di Brigade al-Qassam ditandai dengan kedekatan hubungan dengan pemimpin tertinggi Hamas, yaitu Ismail Haniyeh.
Posisi Arouri yang terdeteksi militer Israel sering berada di Lebanon bukan tanpa alasan. Keberadaannya di Beirut sebagai penghubung antara Hamas dengan kelompok milisi Hizbullah.
Baca Juga: Gempa Dahsyat 7,4 M Landa Jepang, Peringatan tsunami Disebar
Pria berusia 57 tahun itu bertanggung jawab atas penculikan dan pembunuhan tiga pemuda Israel di Tepi Barat pada tahun 2014.
Dia juga pernah ditangkap dan dipenjara di Israel atas tindak pidana terorisme yang dilakukannya. Pasca bebas, dia mengambil peran sebagai negosiator dengan membebaskan lebih dari 1.000 warga Palestina yang dipenjara polisi Israel dan ditukar dengan seorang tentara Israel bernama Gilad Shalit.
Perburuan terhadap Arouri dilancarkan militer Israel pasca serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Perburuan menyasar hingga kediamannya di Arura, dekat Kota Ramallah, Tepi Barat. Namun, saat itu dia telah meninggalkan rumahnya bertolak ke Lebanon.
Kelompok Hamas memang kerap kali melanggar perjanjian gencatan senjata yang telah dibuat dengan militer Israel yang berdampak langsung pada masyarakat di Jalur Gaza.
Padahal dengan gencatan senjata penyaluran bantuan seperti bahan makanan hingga bantuan obat-obatan kepada warga terdampak perang akan lebih mudah didistribusikan.