Baca Juga: 35 Ribu Pengungsi Korban Banjir di Subang dan Karawang Terima Ribuan Kotak Oranye
Pertemuannya dengan Marie disebabkan karena ia sedang melakukan tur keliling dunia. Ia bertemu Marie kala itu di Batavia.
Perempuan asal belanda ini juga yang membuat Marie dapat bersekolah di STOVIA karena ia meminta kepada Gubernur Jendral A.W.F Idenburg agar menerima murid perempuan.
Marie lulus setelah 10 tahun sekolah kedokteran, pencapaiannya ini pun memberikan dampak bagi dunia Internasional. Kelulusannya bahkan juga diumumkan oleh surat kabar Belanda, atas keberhasilan Marie meraih gelar dokter.
Baca Juga: La Nyalla Minta Sumut dan Aceh Jalin Komunikasi dan Koordinasi PON XXI 2024
Baca Juga: Ikatan Cinta Edisi Rabu 17 Februari 2021, Al Telusuri Jejak, Apakah Pembunuh Roy Terungkap?
Saat meniti karir dokternya, Marie memperkenalkan alat kontrasepsi, seperti IUD (intrauterine device), kepada seluruh wanita di Indoensia.
Sebelumnya ia pernah bekerja di Central Burger Ziekenhuis di Batavia, atau yang sekarang dikenal sebagai Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Dokter Marie dikenal karena kemurahan hatinya, ia sering membebaskan tarif kepada pasiennya yang ia nilai kurang mampu.
Karena kecintaannya terhadap dunia ginekologi, Marie pun membangun sebuah sekolah kebidanan pertama di wilayah Sumatera. Pada 10 Oktober 1966, Marie menghembuskan nafas terakhirnya dalam usia 70 tahun di Bukittinggi, Sumatera Barat.
Baca Juga: Vaksinasi di Lebak Untuk Penyintas Covid-19 dan Lansia Ditunda