Puasa Intermiten Aman, Tapi Tidak Untuk Semua Orang

- 26 Februari 2024, 13:00 WIB
Tangkapan layar - Siaran dr. Martha Rosana, SpPD dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM-FKUI dalam webinar "Intermittent Fasting dan Pengaturan Menu Puasa Ramadhan" pada Sabtu (24/2/2024).
Tangkapan layar - Siaran dr. Martha Rosana, SpPD dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM-FKUI dalam webinar "Intermittent Fasting dan Pengaturan Menu Puasa Ramadhan" pada Sabtu (24/2/2024). /Foto: ANTARA/Adimas Raditya/aa./

POTAL LEBAK - Membatasi waktu makan atau intermittent fasting memang aman, namun langkah kesehatan ini ternyata tidak dapat diterapkan untuk semua orang.

Kepala Divisi Endokrinologi, Metabolisme dan Diabetes Departemen Penyakit Dalam Cipto Mangunkusumo-Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (RSUPN) dr. Martha Rosana, SpPD mengungkapkan intermittent fasting. 

"Puasa intermiten sebenarnya aman bagi banyak orang, tapi tidak semua orang.
Jadi ada beberapa kelompok yang puasa atau intermittent fasting itu tidak aman," kata Martha dalam wawancara webinar yang dihadiri Jakarta, Sabtu.

Baca Juga: Pecinta Bawang Wajib Coba Menu Berbuka Puasa Bernama Ninniku Ramen, Tersedia Rasa Original dan Spicy

Martha mengatakan bahwa puasa intermiten atau dikenal dengan diet dapat membantu menurunkan berat badan dengan mengurangi total asupan kalori dan membantu mengendalikan rasa lapar dan kenyang.

Menurutnya, puasa intermiten juga dapat membantu memperbaiki kondisi metabolisme berupa tekanan darah, gula darah, kadar lemak darah dan kolesterol, serta mendukung upaya untuk melakukan perubahan jangka panjang pada gaya hidup kita dan berhenti merokok.

Namun, kata Martha, ada kelompok yang berisiko mengalami gangguan kesehatan jika melakukan puasa intermiten.

Baca Juga: Lemang Bambu Srikaya di Kota Medan Jadi Menu Favorit Buka Puasa, Pembeli Meningkat 20 Persen

Kelompok individu yang memerlukan perhatian khusus jika ingin memulai puasa intermiten antara lain ibu hamil, ibu menyusui, penderita diabetes, penderita penyakit gastroesophageal reflux (GERD) atau maag yang tidak terkontrol. 

Selain itu, terdapat juga penderita penyakit ginjal atau hati stadium lanjut, dan kondisi penderita penyakit medis lainnya.

“Karena kelompok ini tentunya perlu terpenuhi kebutuhan nutrisinya. Kelompok ini tidak disarankan berpuasa sampai benar-benar sehat,” kata Martha.

Baca Juga: PSI Optimis Melenggang ke Senayan Berdasarkan Investigasi dan Quick Count

Martha mengatakan kelompok individu yang berisiko mengalami gangguan kesehatan sebaiknya berkonsultasi dengan dokter jika ingin menjalankan puasa intermiten.

Perlunya konsultasi ke dokter untuk memperoleh informasi tentang pemenuhan kebutuhan gizi, penggunaan obat dan status kesehatan agar terhindar dari risiko yang mungkin timbul akibat puasa.***

Editor: Dwi Christianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x