Guru Besar Ekonomi Universitas Brawijaya, Prof Mohammad Khusaini menyatakan lonjakan kasus COVID19 harus dievaluasi melalui pemerintah duduk bersama para pakar kesehatan dan ekonomi untuk menyeleraskan pemulihan kesehatan dan ekonomi.
“Pemerintah perlu evaluasi efektivitas kebijakan saat ini terutama ancaman lonjakan kasus yang dapat membuat ekonomi dapat kembali mengalami resesi” Ujar Khusaini.
Pengkaji Kebijakan & Inovasi, IPMI Business School, Research Affiliate Harvard Kennedy School, Sidrotun Naim, PhD menyatakan bahwa Indonesia gagal memanfaatkan waktu untuk antisipasi masuknya varian delta sehingga perlu test dan treacing yang lebih masif untuk kota-kota zona merah COVID 19.
“Test massal untuk kota seperti Jakarta harus segera dilakukan agar kita mengetahui sebagaimana varian delta sudah menginfeksi. Bila kita mengetahui kita bisa melakukan langkah antisipasi selanjutanya termasuk kebutuhan isolasi dan ketersedian tempat tidur di RS”, ujar Naim.
Sidratun Naim menduga bahwa varian delta COVID19 mengalami perlambatan sebaran di negara katulistiwa, namun tidak ada bukti bahwa varian delta tersebut tidak akan berkembang luas.
‘Ada indikasi bahwa varian delta bisa dihambat perkembangannya di Indonesia karena adanya persaingan mencari host dengan varian Indonesia”, ujar Naim.
Baca Juga: Pemekaran Cilangkahan Menjadi Kabupaten Terpisah Dari Lebak, Terus Digodok
Naim mengakui bahwa varian COVID19 Indonesia belum banyak diteliti oleh peneliti Indonesia, namun naim menduga varian Indonesia sejenis varian unik yang menyebar luas namun tidak ganas seperti halnya varian delta dari India.