Dia menjelasakan alasan menolak kenaikan harga BBM bersubsidi, karena kenaikan itu akan menurunkan daya beli masyarakat, yang telah turun 30 persen.
"Harga BBM naik, maka daya beli tambah turun jadi 50 persen. Penyebab turunnya daya beli yakni peningkatan angka inflansi 6.5 hingga 8 persen, jadi harga kebutuhan pokok akan meroket," paparnya.
Iqbal mengungkapkan, padahal upah buruh dalam 3 tahun terakhir, tidak naik sehingga makin tambah menyulitkan perekonomian buruh.
Selanjutnya, penolakan kenaikan harga BBM digelar karena kondisi harga minyak dunia yang justru di posisi turun.
Sehingga Iqbal menilai ada kesan pemerintah hanya mencari untung, di tengah kesulitan rakyat yang nyata.
Baca Juga: Perusahaan Psy P Nation Diselidiki Atas Kematian Seorang Pekerja, Kantornya di Seoul Digerebek
"Kenaikan ini dilakukan di tengah negara lain menurunkan harga BBM. Seperti di Malaysia, dengan Ron yang lebih tinggi dari pertalite, harganya jauh lebih murah," ungkapnya.
Menurut Iqbal, naiknnya harga BBM menyebabkan ongkos energi industri akan meroket yang otomatis memicu terjadinya ledakan pemutusan hubungan kerja (PHK).***
Artikel telah tayang di Pikiran-Rakyat.com: Tolak Kenaikan BBM, Buruh Bakal Aksi Besar-besaran 6 September di Seluruh Indonesia
(Reporter: Muhammad Rizky Pradila)