Bawaslu Tentang Film 'Dirty Vote': Kritik Hak Demokrasi, Kami Bekerja Sesuai UU

- 12 Februari 2024, 07:00 WIB
Ketua Bawaslu Rahmat Bagja menyampaikan hasil pemetaan tempat pemungutan suara (TPS) rawan pada pemilu 2024 dalam konferensi pers di Jakarta, Minggu (11/2/2024). Bawaslu memetakan TPS rawan gangguan dengan tujuh indikator, antara lain 125.224 TPS dengan pemilih DPT tak memenuhi syarat, 119.796 TPS yang terdapat pemilih tambahan (DPTb), 38.595 TPS yang terdapat KPPS-nya merupakan pemilih dari luar domisili TPS tempat bertugas, 36.236 TPS berkendala jaringan internet, 21.947 TPS berada di dekat posko tim kampanye peserta pemilu,18.656 TPS berpotensi Daftar Pemilih Khusus (DPK), dan 10. 794 TPS di wilayah rawan bencana alam. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc.
Ketua Bawaslu Rahmat Bagja menyampaikan hasil pemetaan tempat pemungutan suara (TPS) rawan pada pemilu 2024 dalam konferensi pers di Jakarta, Minggu (11/2/2024). Bawaslu memetakan TPS rawan gangguan dengan tujuh indikator, antara lain 125.224 TPS dengan pemilih DPT tak memenuhi syarat, 119.796 TPS yang terdapat pemilih tambahan (DPTb), 38.595 TPS yang terdapat KPPS-nya merupakan pemilih dari luar domisili TPS tempat bertugas, 36.236 TPS berkendala jaringan internet, 21.947 TPS berada di dekat posko tim kampanye peserta pemilu,18.656 TPS berpotensi Daftar Pemilih Khusus (DPK), dan 10. 794 TPS di wilayah rawan bencana alam. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc. /ADITYA PRADANA PUTRA

Film dokumenter "Dirty Vote" disiarkan pada Minggu sore oleh produser WatchDoc di platform YouTube.

Film tersebut menampilkan partisipasi tiga pakar hukum tata negara, yakni Zainal Arifin Mochtar dari Universitas Gadjah Mada, Feri Amsari dari Universitas Andalas, dan Bivitri Susanti dari Sekolah Tinggi Hukum Jentera Indonesia (STH).

Tiga ahli bergantian menjelaskan serangkaian dugaan insiden kecurangan pemilu.
Di beberapa kalangan, sejumlah pakar juga mengkritik Bawaslu karena kurang tegas dalam menjatuhkan sanksi terhadap pelanggaran pemilu.

Akibatnya, kata mereka, tidak ada efek jera dan pelanggaran pemilu cenderung terulang kembali.

Baca Juga: Disney Plus akan Mulai Tindak Tegas Pelanggan yang Berbagi Kata Sandi

Sutradara "Dirty Vote" Dandhy Dwi Laksono mengatakan, film garapannya ini merupakan bentuk edukasi kepada masyarakat, khususnya di hari-hari sebelum mereka menggunakan hak pilihnya pada pemilu 14 Februari 2024.

“Ada kalanya kita pendukung calon presiden dan wakil presiden, tapi hari ini saya ingin mengajak semua orang untuk menonton film ini sebagai warga negara,” kata Dandhy.

Dijelaskannya, pembuatan film tersebut memakan waktu sekitar dua minggu, meliputi penelitian, produksi, editing hingga rilis.

Baca Juga: Rekomendasi Wisata Kawasan Glodok Saat Liburan Tahun Baru Imlek

Pembuatan film ini lanjutnya, melibatkan partisipasi 20 organisasi, antara lain Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Bangsa Mahardika, Ekspedisi Indonesia Baru, Ekuatorial, Fraksi Rakyat Indonesia, Tulisem, Indonesia Corruption Watch, JATAM, Lokataru, Staf LBH, WALHI, Yayasan Kurawal, dan YLBHI.

Halaman:

Editor: Dwi Christianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x