Serangan Siber Terdahsyat Terjadi di Amerika Serikat, Ini Cara Penyerang Beraksi

- 28 Desember 2020, 12:03 WIB
Ilustrasi teknik pengolahan data siber
Ilustrasi teknik pengolahan data siber /Foto: Unsplash.com/Jefferson Santos /

Baca Juga: Kemendes PDTT Akan Bantu Promosikan, Jika Desa Kamu Punya Potensi Wisata, Ini Syaratnya

Dikutip PortalLebak.com dari Antara, Senin 28 Desember 2020, upaya serangan siber yang gagal ke CrowdStrike dan ditunjukkan ke Microsoft, terjadi pada 15 Desember lalu.

Manajemen Microsoft meminta agar para pelanggan perlu waspada.

"Investigasi kami terhadap serangan baru-baru ini menemukan insiden yang melibatkan penyalahgunaan kredensial untuk mendapatkan akses, yang dapat terjadi dalam beberapa bentuk. Kami belum mengidentifikasi kerentanan atau penyusupan produk Microsoft atau layanan cloud," kata Direktur Senior Microsoft Jeff Jones.

Baca Juga: Pemkab Bogor Bagikan Dana Hibah Rp12,56 Miliar, 35 Majelis Taklim Kebagian Rp735 Juta

Baca Juga: Bansos Provinsi Jawa Barat Tahap 4 Dibagikan Tunai, Cair Akhir Tahun 2020

Seperti diketahui, CrowdStrike menggunakan program Office untuk pengolah kata dan tidak melalui email. CrowdStrike yang tidak menggunakan SolarWinds, tidak terdampak dari upaya intrusi dan manajemen Microsoft menolak menyebutkan nama reseller-nya.

Menjadi hal yang wajar, bahwa banyak lisensi perangkat lunak Microsoft dijual melalui pihak ketiga, dan perusahaan tersebut dapat memiliki akses yang hampir konstan ke sistem klien saat pelanggan menambahkan lisensi produk atau pengguna.

Ini pertanyaan baru tentang berapa banyak strategi intrusi yang dimiliki para peretas, yang disinyalir pejabat AS beroperasi atas nama pemerintah Rusia.

Baca Juga: Uji Klinis Tahap Akhir di Brasil, Efektivitas Vaksin Covid-19 Buatan Sinovac di Atas 50 Persen

Halaman:

Editor: Sugih Hartanto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah