Dia menjelaskan penurunan transaksi berjalan lebih disebabkan oleh melemahnya pertumbuhan ekspor di tengah penurunan harga komoditas, yang didorong oleh lesunya permintaan global dengan latar belakang tingginya inflasi dan kebijakan suku bunga yang masih berlangsung.
Tetapi kabar baiknya, ke depan inflasi Indonesia dierkirakan terus mereda dan dapat mencapai kisaran target 2-4 persen pada akhir semester pertama tahun 2023, ini lebih awal dari perkiraan sebelumnya.
Sehingga dapat menjaga penyebaran positif suku bunga riil (suku bunga nominal dikurangi tingkat inflasi), membuat instrumen keuangan Indonesia relatif lebih menguntungkan dibandingkan dengan negara sejenis dan menarik arus masuk.
"Ada aliran masuk bersih sebesar 830 juta dolar AS ke pasar saham pada 23 April. Untuk pasar obligasi, terjadi aliran modal asing masuk bersih sebesar 280 juta dolar AS," jelas Faisal.
Dirinya menambahkan, agenda pemerintah untuk terus melakukan hilirisasi sumber daya alam juga dapat menarik lebih banyak aliran investasi langsung ke Indonesia.***