Gubernur Bali I Wayan Koster Melarang Pelajar Menonton Serial TV Malaysia, Upin Ipin

- 16 Agustus 2023, 08:45 WIB
I Wayan Koster, Gubernur Bali
I Wayan Koster, Gubernur Bali /Twitter/@FaktaSepakbola/

PORTAL LEBAK - Viral ucapan Gubernur Bali I Wayan Koster yang melarang pelajar menonton serial TV Malaysia, Upin Ipin.

Bukan tanpa alasan ia melarang para pelajar menonton serial Upin Ipin karena bukan produk budaya Indonesia dan tidak memiliki sejarah yang jelas.

Larangan itu disampaikannya saat acara Anugerah Kompetisi Esai Film Jayaprana Layonsari di kantor Wantilan kantor DPRD Bali pada Senin, 14 Agustus 2023.

Baca Juga: Gempa Bumi Terbaru Magnitudo 4.5 dan 4.1 Guncang Kawasan Jembrana dan Kuta Selatan Bali

"Yang datang dari Malaysia, Upin Ipin. Berhenti nonton, kami tidak tahu tentang apa. Lebih baik kita bangun produksi yang menyimpang dari tradisi dan budaya kita," kata Koster.

Dibandingkan menonton Upin Ipin, Koster mengajak para siswa menonton Jayaprana Layonsari, sebuah film yang diadaptasi dari cerita rakyat Bali.

Menurutnya, menonton film adalah tentang melestarikan warisan budaya dan tradisi masyarakat Bali.

Baca Juga: Timnas Indonesia U-17 Pindah TC ke Bali untuk Melakoni Dua Laga Uji Coba, Hadapi Barcelona pada 2 Agustus

Koster mengatakan budaya dan tradisi Bali harus tetap dipertahankan di tengah gempuran teknologi dan budaya asing.

“Titiyang (saya) menyarankan kepada saudara sekalian untuk menonton film Jayaprana ini, agar bisa menjadi inspirasi untuk menjalani kehidupan yang baik,” ujarnya.

Ia melanjutkan: “Dan penting bagi kami untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan pengembangan budaya Bali. Kapolres PDI Perjuangan menjelaskan, cagar budaya merupakan simbol pariwisata Bali, sehingga Bali kerap menjadi salah satu destinasi favorit dunia.

Baca Juga: Pemegang Polis Tuntut Mosi Tidak Percaya atas Task Force AJB Bumiputera 1912, Pengawasan OJK Dipertanyakan

Pariwisata juga merupakan salah satu penopang perekonomian Bali.

“Kita pasti harus mewariskannya agar ke depan Bali tidak hancur tatanan budayanya, tata kehidupannya, karena jika dihancurkan maka Bali tidak akan ada lagi,” jelasnya.

Tentang Jayaprana dan Layonsari

Dikutip dari situs Pemerintah Kabupaten Buleleng, Jayaprana Loyansari mengisahkan seorang yatim piatu bernama Jayaprana yang bertugas di keraton.

Baca Juga: Krisdayanti: Dunia Kerja Harus Bebas dari Kekerasan Seksual

Ketika dia berumur 12 tahun, raja memintanya untuk segera menikah ketika dia memilih gadis impiannya. Pilihan Jayaprana pun jatuh pada Ni Layonsari, putri Jero Bendesa dari Banjar Sekar.

Kemudian raja mengirim surat kepada Banjar Sekar dan menyatakan niatnya untuk menikahkan Jayaprana dan Loyansari.

Namun, raja terpesona oleh Loyansari saat melihatnya di pesta pernikahan. Kemudian raja berusaha memisahkan Jayaprana dan Loyansari.

Baca Juga: Kartu Prakerja Angkatan ke 59 Resmi Dibuka, Buruan Daftar dan Simak Syarat Pendaftarannya

Setelah tujuh hari menikah, raja mengutus Jayaprana ke Teluk Accept untuk menyelidiki kapal karam itu. Di sinilah Jayaprana terakhir dieksekusi atas permintaan raja.

Kematian tersebut membuat Loyansari sangat terpukul hingga memutuskan bunuh diri. Raja pun merasa sedih atas kematian Loyansari dan mengikutinya untuk bunuh diri.***  

Editor: Dwi Christianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah