Di Irak, Paus Fransiskus Bertemu Ulama Agung Syiah Ali al-Sistani

7 Maret 2021, 00:43 WIB
Paus Fransiskus bertemu dengan Ulama Agung Syiah Ayatollah Ali al-Sistani, di Kota Najaf, Irak (5/3/2021). /Foto: VIA REUTERS/HANDOUT/

PORTAL LEBAK - Paus Fransiskus memasuki gang sempit, di kota suci Najaf, di Irak, menggelar pertemuan bersejarah bersama ulama Syiah terkemuka di Irak.

Paus Fransiskus bertemu Ayatollah Agung Ali al-Sistani, di Najaf. Ini merupakan kunjungan yang merupakan sinyal kuat bagi para umat beragama untuk hidup berdampingan, di negara yang dilanda kekerasan itu.

Sistani (90) merupakan salah satu tokoh agama paling berpengaruh dalam Islam Syiah, baik di Irak maupun di luar negeri, ini adalah pertemuan yang pertama, antara seorang paus dan ulama senior Syiah.

Baca Juga: Aplikasi AR Diretas Hacker, Tim Williams Racing Akhirnya Perkenalkan FW43B di Akun Media Sosial

Baca Juga: Sah, Virgojanti Dilantik Sebagai Pejabat Sekretaris Daerah Kabupaten Lebak

Setelah pertemuan tersebut, Sistani meminta para pemimpin agama dunia untuk memegang kekuatan besar, untuk mempertanggungjawabkan dan untuk lebih bijaksana dan menggunakan akal sehat agar menang atas perang.

Sistani, seperti PortalLebak.com kutip dari Reuters, menambahkan orang Kristen harus hidup seperti semua orang Irak, dalam damai dan hidup berdampingan.

"Kepemimpinan religius dan spiritual harus memainkan peran besar untuk menghentikan tragedi ... dan mendesak pihak, terutama kekuatan besar, untuk membuat kebijaksanaan dan akal sehat dan menghapus bahasa perang," papar Sistani.

Baca Juga: Kenali 6 Tanda Ini Jika Pria Tulus Mencintai, Wanita Wajib Tahu!

Baca Juga: 8 Kesalahan yang Dilakukan Saat Keramas Ini Bikin Rambut Mudah Rusak

Pertemuan mereka berlangsung di rumah sederhana yang disewa Sistani selama beberapa dekade, terletak di dekat tempat suci berkubah emas Imam Ali, di Najaf. Sebuah foto resmi Vatikan menunjukkan Sistani dengan jubah tradisional Syiah hitam dan sorban duduk di seberang Francis.

Paus juga sekaligus mengunjungi tempat kelahiran Nabi Ibrahim pada hari Sabtu, sekaligus mengutuk kekerasan atas nama Tuhan sebagai "penghujatan terbesar".

Peristiwa antaragama yang dilakukan secara maraton, di kota yang terletak di tengah gurun berjarak sekitar 200 km dari Bagdad, memperkuat tema utama perjalan Paus yang berisiko ke Irak - bahwa negara itu telah terlalu menderita.

Baca Juga: 8 Tips Sederhana Untuk Merawat Rambut Saat Hamil!

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 6 Maret 2021: Andin Berhasil Ditemukan, Mimpi Reyna Terbukti?

"Dari tempat ini, tempat lahir iman, dari tanah bapak kami Abraham, marilah kita tegaskan bahwa Tuhan itu penyayang dan bahwa penghujatan terbesar adalah mencemarkan nama-Nya dengan membenci saudara-saudari kita," ujar Paus Fransiskus di Ur, tempat Abraham lahir.

Saat angin gurun meniup jubah putihnya, Fransiskus, duduk bersama para pemimpin Muslim, Kristen dan Yazidi, berbicara di hadapa mereka tentang penggalian arkeologi kota berusia 4.000 tahun, yang terdiri dari Piramida Ziggurat kompleks perumahan, kuil, dan istana kuno.

Invasi AS tahun 2003 menjerumuskan Irak ke dalam konflik sektarian selama bertahun-tahun.

Baca Juga: Arkeolog Berhasil Temukan 7 Kerangka Biarawati Era Perang Dunia II, Terungkap Juga Penyebab Kematiannya

Baca Juga: SBY: Klaim KLB Partai Demokrat Tidak Sah dan Ilegal

Keamanan telah meningkat sejak kekalahan ISIS pada tahun 2017, tetapi Irak terus menjadi teater untuk penyelesaian skor global dan regional, terutama persaingan sengit AS-Iran yang telah terjadi di tanah Irak.***

Editor: Dwi Christianto

Tags

Terkini

Terpopuler